Hijrah secara bahasa diambil dari kata (الهجر) yang artinya meninggalkan. Adapun secara istilah syariat yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad at Tamimi Rahimahullah dalam risalahnya Tsalatsatul Ushul,
وَالهِجْرَةُ: الاِنْتِقَالُ مِنْ بَلَدِ الشِّرْكِ إِلى بَلَدِ الإِسْلاَمِ
“Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik menuju negeri Islam” (Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah li Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).
Pembahasan
Hijriah dari Mekah ke Madinah di masa Nabi Muhammad ﷺ. Termasuk hijrah khusus dimana pada saat Nabi meninggalkan negeri Mekah, status Mekah dalah negeri syirik. Kemudian Nabi hijrah ke Madinah dan di negeri tersebut tersebarlah agama Islam ke setiap rumah sehingga Madinah menjadi negeri Islam. Sehingga pada saat itu, Nabi hijrah dari negeri syirik, yaitu Mekah, menuju negeri Islam, yaitu Yasrib atau Madinah. Penduduk Yasrib dikenal ramah bersahabat dan pluralis.
Ketika mereka mengetahui ada agama baru yakni Islam yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ maka banyak pula yang berubah dari keyakinan sebelumnya. Sebelum Rasulullah ﷺ hijrah ke yasrib tercatat ada 200-an orang yang sudah memeluk Islam. Atas ijin Allah melalui peristiwa Bai’at ‘Aqabah I dan II, Nabi Muhammad ﷺ bersepakat dengan 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib untuk hijrah ke kota yang kemudian disebut Madinah.
Sebagai realisasi kesepakatan Rasulullah ﷺ dengan orang-orang Yasrib maka diberangkatkan rombongan kecil yang pertama. Mereka ialah Abu Salamah bin Abu al-Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang. Barulah kemudian Rasulullah ﷺ bersama Abu Bakr menyusul ke Yasrib.
Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan hijrah ke Yasrib atau Madinah. Ketika malam senin, awal Rabi’ul Awwal 1 H atau bertepatan dengan 16 September 622 Masehi keduanya berangkat dengan perbekalan dan unta yang telah disiapkan oleh Amir bin Fuhairah, yang juga ikut dalam perjalanan hijrah ke Madinah dengan menempuh jalur pesisir pantai.
Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, pada hari Senin, 8 Rabi’ul Awwal tahun 14 dari kenabian, yaitu tahun pertama dari hijrah, bertepatan 23 September 622 Masehi. Kala itu, kaum Muslimin di Madinah mengetahui keluarnya Rasulullah ﷺ dari Mekkah. Sehingga mereka antusias menyambut kedatangan beliau dan menemui Rasulullah ﷺ di tapal perbatasan. Kaum Muslimin memekikkan takbir sebagai ungkapan kegembiraan mereka atas kedatangan Rasulullah ﷺ. Mereka menyambut Rasulullah ﷺ dengan salam kenabian, mengerumuni beliau sembari berkeliling di seputarnya sementara Rasulullah ﷺ telah merasa tenang.
Di Quba, Rasulullah ﷺ singgah di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib menyusul hijrah dari Mekkah dan berjumpa dengan Rasulullah ﷺ di Quba dan singgah juga di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Rasulullah ﷺ tinggal di Quba selama empat hari. Dan selama itu pula beliau membangun Masjid Quba dan shalat di dalamnya. Masjid Quba inilah masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah ﷺ atas dasar takwa setelah kenabian.
Rasulullah ﷺ Memasuki Kota Madinah Usai shalat Jumat, 13 Rabiul Awwal 1 H atau bertepatan 27 September 622 Masehi, Rasulullah ﷺ memasuki kota Madinah, dan sejak itu kota Yatsrib berganti nama menjadi Madinah. Hari itu merupakan hari bersejarah. Penduduk kota Madinah bergemuruh dengan pekikan tahmid (pujian) dan taqdis (penyucian) menyambut kedatangan Rasulullah ﷺ di Madinah.
Kesimpulan
Rasulullah ﷺ membentuk masyarakat orang-orang yang percaya dan membentuk aliansi politik dan sosial dengan suku-suku setempat. Salah satunya mempersatukan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Hal ini memungkinkan beliau untuk menyebarkan Islam dan membangun fondasi kuat untuk agama. Mendapat perlawanan dari orang-orang kafir Quraisy di Mekkah, menyebabkan Rasulullah ﷺ mengambil keputusan untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah), namun keputusan ini juga dilandasi dari wahyu Allah. Hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah juga menandai awal kegiatan politik dan militer Nabi ﷺ, yang akhirnya mengarah pada penaklukan Mekkah dan penyebaran Islam di seluruh Jazirah Arab. Disisi lain, atas usul Umar bin Khatab untuk mengabadikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Mekkah ke Madinah, maka tercetuslah penanggalan kalender Hijriyah sebagai penanggalan dalam Islam.
Daftar Referensi :
travelumroh.co.id/peristiwa-hijrah-nabi-muhammad-ke-madinah/
almanhaj.or.id/2563-hijrah-ke-madinah.html
www.muslim-elders.or.id/news/r/hijrah-dan-persaudaraan
muslim.or.id/69586-makna-dan-hukum-seputar-hijrah.html
David C Syaputra, Ajwar Uwais
Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS
davidcsyaputra@gmail.com