KISAH ROSULULLAH SHALALLAHU’ALAIHI WASALLAM  HIJRAH DI MADINAH

KISAH ROSULULLAH SHALALLAHU’ALAIHI WASALLAM HIJRAH DI MADINAH

Pendahuluan 

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh sahabat terampil, semoga selalu sehat dan sukses !

Sahabat terampil yang di muliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Nabi Muhammad merupakan nabi dan rasul Allah yang terakhir,nabi yang mulia,pembawa rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah figur yang harus diteladani akhlaknya bagi semua umat muslim di seluruh dunia, salah satu bentuk usaha yang bisa dilakukan untuk dapat meneladani akhlak beliau adalah dengan cara mempelajari sejarah kehidupanbeliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam,maka dari itu artikel ini dibuat dengan tujuan agar sahabat terampil bisa mengabil hikmah dari kisah perjalanan kehidupan Rasulallah yakni beberapa kisah yang beliau alami setelah tiba di Madinah ketika beliau hijrah.

Nah, sahabat termpil mau tau kisah lenngkapnya?Yuk simak kisahperjalanan Rasulullah ﷺ setelah tiba di Madinah ketika hijrah tersebut; Semoga sahabat terampil bisa menambah wawasan dengan niat menuntut ilmu ikhlas LillahiTa’ala, dan dengan ini pula mudah-mudahan menjadikan sahabatterampil bertambah keimanan dan kecintaannya kepada beliau ﷺ sebagai sang pemberi syafaat.

 

Tujuan penulisan

Sahabat terampil, semoga selalu sehat dan sukses!

Artikel ini ditulis bertujuan untuk mengedukasi sahabat terampil agar bias mengingat kembali bagaimana perjuangan Rosulallah ﷺ ketika hijrah dari Mekah keMadinah.Apasaja yang pertama kali beliau Shalallahu Alaihi Wassalam lakukan sesampainya diMadinah.

 

Pembahasan

Awal sebelum pembangunan Masjid Nabawi

Berawal dari ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam beserta rombongan hijrah sampai di perkampungan Bani Malik bin An-Najjar, unta Rasulullah ﷺ menderum di pintu masjid yang kala itu masih berupa tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim Bani An-Najjar, yang bernama Sahl dan Suhail. Keduanya adalah anak Amr dan berada dalam asuhan Muadz bin Afra’. Unta itu berhenti sejenak ditempat itu, kemudian berjalan lagi ke depan, tidak jauh dari tempat ituRasulullah ﷺ meletakkan kekang unta itu dan beliau tidak membelokkannya. Kemudian unta itu menoleh ke belakang dan pergi ke tempat menderumnya semula, menderum di sana, diam tenang tak bergerak.Saat itulah Rasulullah ﷺ turun darinya.

Setelah itu, Abu Ayyub Khalid bin Zaid menurunkan bekal perjalanan Rasulullah ﷺ dan menaruhnya di rumahnya. Rasulullah ﷺ tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Beliau bertanya tentang tempat pengeringan kurma itu milik siapa? Muadz bin Afra’ menjawab bahwa itu adalah milik Sahl dan Suhail anak Amr. Keduanya adalah anak yatim dan masih keluarga Muadz. Muadz akan memohon kerelaan keduanya agar meninggalkan tempat itu, kemudian merubahnya menjadi masjid.”

 

Pembangunan Masjid Nabawi Yang Mulia dan Kamar-kamarnya

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah ﷺ kemudian mengajak penduduk Madinah membangun masjid di  tempat itu. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam sendiri saat itu masih menumpang tinggal di rumah Abu Ayyub hingga pembangunan masjid dan rumah beliau selesai dibangun. Rasulullah ﷺ bersama kaum muslimin bahu-membahu dalam pembangunan masjid dan rumah beliau. Kaum Muslimin Muhajirin dan Anshar tanpa kenal lelah terus bekerja dengan bersungguh-sungguh. Salah seorang dari kaum Muslimin berkata dalam senandung syairnya:

“Jika kita santai-santai, padahal Rasulullah bekerja keras,

Maka ini adalah perbuatan tercela”.

Kaum Muslimin terus bekerja sambilmendendangkan syair:

Kehidupan itu hanya satu, yaitu akhirat. Ya Allah sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin”.

Ibnu Hisyam berkata:

Sebenarnya ini ungkapan biasa dan bukan syair”

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berujar:

“Kehidupan sebenarnya itu hanya satu, yaitu akhirat. Ya Allah, sayangilah Muhajirin dan Anshar.”

 

Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam bermukim di rumah Abu Ayub Al-Anshari

Sahabat terampil perlu diketahui bahwasanya ketika hijrah ke Madinah Rasulullah ﷺ pernah bermukim di rumah Abu Ayub Al-Anshori.

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Martsid bin Abdullah bin Al-Yazini dari Abu Rahm As-Simai yang berkata bahwa Abu Ayyub berkata: Ketika Rasulullah menumpang hidup di rumahku, beliau tidur di lantai bawah, sedangkan aku dan istriku, Ummu Ayyub tinggal di lantai atas. Aku berkata kepada Rasulullah  ﷺ :”Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku sungkan berada di atasmu sementara engkau berada di bawahku. Silahkan engkau berada di lantai atas dan kami saja yang berdiri di lantai bawah.”Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berkata:”Hai Abu Ayyub, tidak mengapa, biarlah kami tetap berada di lantai bawah.”Rasulullah ﷺ tetap tinggal di lantai bawah, sementara kami tinggal di lantai atas.

Abu Ayyub berkata: “Kami memasak makanan malam untuk Rasulullah ﷺ kemudian kami menghidangkannya kepada beliau dan beliaupun memakannya.Namun pada suatu malam, ketika kami memasak makanan tersebut dengan bawang merah atau bawang putih, beliau mengembalikannya kepada kami. Aku segera datang kepada beliau dengan perasaan cemas. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, ada apa? Apa makanannya tidak enak?” Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku tidak makan bawang. Jika kalian mau, silahkan makan makanan tersebut!” Maka kami pun memakannya dan sejak saat itu, kami tidak memasak dengan bawang merah atau putih.

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa kaum Muhajirin berhasil hijrah ke Madinah,namun sebagian mereka ada juga yang tidak hijrah karena mendapat siksa atau ditahan oleh orang-orang Quraisy. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah saat itu tidak bisa membawa keluarga dan harta mereka kepada Allah dan Rasul-Nyakecuali Bani Madz’un dari Bani Jumah, Bam Jahsy bin Riab sekutu Bani Umayyah, Bam Al-Bukair dari Bani Sa’ad bin Laits sekutu dan Bani Adi bin Ka’ab.

Ibnu Ishaq berkata: Rosulullah ﷺ  tinggal di rumah Abu Ayub sejak beliau tiba di sana pada bulan Rabiul Awwal hingga bulan Shafarsampai masjid dan rumahnyaselesai dibangun, serta perkampungan kaum Anshar telah masuk Islam. Hampir semua perkampungan kaum Anshar, telah masuk Islam, kecuali perkampungan Khatmah, Waqif, Wail dan Umayyah.Semua perkampungan tersebut masih berada dalam kemusyrikan.

 

Rosulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam mempersaudarakan  kaum Muhajirin dan Anshar

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah ﷺ mempersatukan sahabat- sahabatnya yang Muhajirin dengan sahabat-sahabatnya yang Anshar dalam ikatan persaudaraan. Beliau bersabda seperti: “Bersaudaralah kalian karena Allah; dua bersaudara, dua bersaudara.” Beliau mengangkat tangan Ali bin Abu Thalib, kemudian bersabda, “Ini saudaraku.” Rasulullah ﷺ adalah pemimpin para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan utusan Tuhan semesta alam yang tidak ada yang bisa menyamainya di antara hamba-hamba-Nya. Adapun Ali bin Abu Thalib adalah saudara beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib singa Allah, singa Rasul-Nya dan paman beliau. Ia dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah mantan budak beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib berwasiat sesuatu hal kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud apabila terjadi sesuatu pada dirinya (yakni meninggal dunia). Ja’far bin Abu Thalib (pemilik dua sayap dan menjadi burung di surga) dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal, saudara Bani Salimah. Dan seterusnya, begitulah cara rosulullah ﷺ mempersaudarakan sahabat muhajirin dan anshar

 

Kesimpulan

Sahabat terampil yang dimuliakan Allah dari tiga kisah diatas ada beberapa peristiwa yang bisa kita teladani tentang bagaimana adab dan kepemimpinan beliau, dan masih banyak lagi hikmah yang bias kita ambil pada intinya melalui kisah ini mudah-mudahan kita bisa mengetahui setidaknya sedikit gambaran tentang bagaimana perjuangan beliau ketika hijrah di Madinah.

 

Saran

Nah, sahabat terampil demikian sedikit ulasan dari kami. Sebagai umat nabi Muhammad  ﷺ kita harus terus menggali ilmu yang diwariskan beliau dan jangan pernah tinggalkan sholawat kepada beliau  ﷺ. Hal ini sebagaimana sabda nabi  ﷺ:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).

Semoga dengan kisah diatas sahabat terampil bisa meneladani Nabi ﷺ para sahabatnya serta mengamalkan dan menyampaikan ilmu yang telah di wariskan beliau seluas luasnya.Sekian dari kami apabila terdapat kesalahan kami meminta maaf dan kepada Allah kami memohon ampun, serta sampai jumpa di ulasan berikut nya.

Wabillahi taufiq Walhidayah Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

 

Sayyidul Faris, Ajwar

Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS

sayyidulfaris@gmail.comajwaruwais@gmail.com

 

Referensi

Kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq  syarh & tahqiq ibnu Hisyam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *

logo-removebg-preview

Sekolah Tahfidz Kejuruan

www.TahfidzKejuruan.org

0818-940-627

admin@tahfidzkejuruan.org

0818-940-627

Copyright © 2021 Tahfidz Kejuruan. All Rights Reserved