KISAH ROSULULLAH SHALALLAHU’ALAIHI WASALLAM  HIJRAH DI MADINAH

KISAH ROSULULLAH SHALALLAHU’ALAIHI WASALLAM HIJRAH DI MADINAH

Pendahuluan 

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh sahabat terampil, semoga selalu sehat dan sukses !

Sahabat terampil yang di muliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Nabi Muhammad merupakan nabi dan rasul Allah yang terakhir,nabi yang mulia,pembawa rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah figur yang harus diteladani akhlaknya bagi semua umat muslim di seluruh dunia, salah satu bentuk usaha yang bisa dilakukan untuk dapat meneladani akhlak beliau adalah dengan cara mempelajari sejarah kehidupanbeliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam,maka dari itu artikel ini dibuat dengan tujuan agar sahabat terampil bisa mengabil hikmah dari kisah perjalanan kehidupan Rasulallah yakni beberapa kisah yang beliau alami setelah tiba di Madinah ketika beliau hijrah.

Nah, sahabat termpil mau tau kisah lenngkapnya?Yuk simak kisahperjalanan Rasulullah ﷺ setelah tiba di Madinah ketika hijrah tersebut; Semoga sahabat terampil bisa menambah wawasan dengan niat menuntut ilmu ikhlas LillahiTa’ala, dan dengan ini pula mudah-mudahan menjadikan sahabatterampil bertambah keimanan dan kecintaannya kepada beliau ﷺ sebagai sang pemberi syafaat.

 

Tujuan penulisan

Sahabat terampil, semoga selalu sehat dan sukses!

Artikel ini ditulis bertujuan untuk mengedukasi sahabat terampil agar bias mengingat kembali bagaimana perjuangan Rosulallah ﷺ ketika hijrah dari Mekah keMadinah.Apasaja yang pertama kali beliau Shalallahu Alaihi Wassalam lakukan sesampainya diMadinah.

 

Pembahasan

Awal sebelum pembangunan Masjid Nabawi

Berawal dari ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam beserta rombongan hijrah sampai di perkampungan Bani Malik bin An-Najjar, unta Rasulullah ﷺ menderum di pintu masjid yang kala itu masih berupa tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim Bani An-Najjar, yang bernama Sahl dan Suhail. Keduanya adalah anak Amr dan berada dalam asuhan Muadz bin Afra’. Unta itu berhenti sejenak ditempat itu, kemudian berjalan lagi ke depan, tidak jauh dari tempat ituRasulullah ﷺ meletakkan kekang unta itu dan beliau tidak membelokkannya. Kemudian unta itu menoleh ke belakang dan pergi ke tempat menderumnya semula, menderum di sana, diam tenang tak bergerak.Saat itulah Rasulullah ﷺ turun darinya.

Setelah itu, Abu Ayyub Khalid bin Zaid menurunkan bekal perjalanan Rasulullah ﷺ dan menaruhnya di rumahnya. Rasulullah ﷺ tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Beliau bertanya tentang tempat pengeringan kurma itu milik siapa? Muadz bin Afra’ menjawab bahwa itu adalah milik Sahl dan Suhail anak Amr. Keduanya adalah anak yatim dan masih keluarga Muadz. Muadz akan memohon kerelaan keduanya agar meninggalkan tempat itu, kemudian merubahnya menjadi masjid.”

 

Pembangunan Masjid Nabawi Yang Mulia dan Kamar-kamarnya

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah ﷺ kemudian mengajak penduduk Madinah membangun masjid di  tempat itu. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam sendiri saat itu masih menumpang tinggal di rumah Abu Ayyub hingga pembangunan masjid dan rumah beliau selesai dibangun. Rasulullah ﷺ bersama kaum muslimin bahu-membahu dalam pembangunan masjid dan rumah beliau. Kaum Muslimin Muhajirin dan Anshar tanpa kenal lelah terus bekerja dengan bersungguh-sungguh. Salah seorang dari kaum Muslimin berkata dalam senandung syairnya:

“Jika kita santai-santai, padahal Rasulullah bekerja keras,

Maka ini adalah perbuatan tercela”.

Kaum Muslimin terus bekerja sambilmendendangkan syair:

Kehidupan itu hanya satu, yaitu akhirat. Ya Allah sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin”.

Ibnu Hisyam berkata:

Sebenarnya ini ungkapan biasa dan bukan syair”

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berujar:

“Kehidupan sebenarnya itu hanya satu, yaitu akhirat. Ya Allah, sayangilah Muhajirin dan Anshar.”

 

Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam bermukim di rumah Abu Ayub Al-Anshari

Sahabat terampil perlu diketahui bahwasanya ketika hijrah ke Madinah Rasulullah ﷺ pernah bermukim di rumah Abu Ayub Al-Anshori.

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Martsid bin Abdullah bin Al-Yazini dari Abu Rahm As-Simai yang berkata bahwa Abu Ayyub berkata: Ketika Rasulullah menumpang hidup di rumahku, beliau tidur di lantai bawah, sedangkan aku dan istriku, Ummu Ayyub tinggal di lantai atas. Aku berkata kepada Rasulullah  ﷺ :”Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku sungkan berada di atasmu sementara engkau berada di bawahku. Silahkan engkau berada di lantai atas dan kami saja yang berdiri di lantai bawah.”Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berkata:”Hai Abu Ayyub, tidak mengapa, biarlah kami tetap berada di lantai bawah.”Rasulullah ﷺ tetap tinggal di lantai bawah, sementara kami tinggal di lantai atas.

Abu Ayyub berkata: “Kami memasak makanan malam untuk Rasulullah ﷺ kemudian kami menghidangkannya kepada beliau dan beliaupun memakannya.Namun pada suatu malam, ketika kami memasak makanan tersebut dengan bawang merah atau bawang putih, beliau mengembalikannya kepada kami. Aku segera datang kepada beliau dengan perasaan cemas. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, ada apa? Apa makanannya tidak enak?” Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku tidak makan bawang. Jika kalian mau, silahkan makan makanan tersebut!” Maka kami pun memakannya dan sejak saat itu, kami tidak memasak dengan bawang merah atau putih.

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa kaum Muhajirin berhasil hijrah ke Madinah,namun sebagian mereka ada juga yang tidak hijrah karena mendapat siksa atau ditahan oleh orang-orang Quraisy. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah saat itu tidak bisa membawa keluarga dan harta mereka kepada Allah dan Rasul-Nyakecuali Bani Madz’un dari Bani Jumah, Bam Jahsy bin Riab sekutu Bani Umayyah, Bam Al-Bukair dari Bani Sa’ad bin Laits sekutu dan Bani Adi bin Ka’ab.

Ibnu Ishaq berkata: Rosulullah ﷺ  tinggal di rumah Abu Ayub sejak beliau tiba di sana pada bulan Rabiul Awwal hingga bulan Shafarsampai masjid dan rumahnyaselesai dibangun, serta perkampungan kaum Anshar telah masuk Islam. Hampir semua perkampungan kaum Anshar, telah masuk Islam, kecuali perkampungan Khatmah, Waqif, Wail dan Umayyah.Semua perkampungan tersebut masih berada dalam kemusyrikan.

 

Rosulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam mempersaudarakan  kaum Muhajirin dan Anshar

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah ﷺ mempersatukan sahabat- sahabatnya yang Muhajirin dengan sahabat-sahabatnya yang Anshar dalam ikatan persaudaraan. Beliau bersabda seperti: “Bersaudaralah kalian karena Allah; dua bersaudara, dua bersaudara.” Beliau mengangkat tangan Ali bin Abu Thalib, kemudian bersabda, “Ini saudaraku.” Rasulullah ﷺ adalah pemimpin para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan utusan Tuhan semesta alam yang tidak ada yang bisa menyamainya di antara hamba-hamba-Nya. Adapun Ali bin Abu Thalib adalah saudara beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib singa Allah, singa Rasul-Nya dan paman beliau. Ia dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah mantan budak beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib berwasiat sesuatu hal kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud apabila terjadi sesuatu pada dirinya (yakni meninggal dunia). Ja’far bin Abu Thalib (pemilik dua sayap dan menjadi burung di surga) dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal, saudara Bani Salimah. Dan seterusnya, begitulah cara rosulullah ﷺ mempersaudarakan sahabat muhajirin dan anshar

 

Kesimpulan

Sahabat terampil yang dimuliakan Allah dari tiga kisah diatas ada beberapa peristiwa yang bisa kita teladani tentang bagaimana adab dan kepemimpinan beliau, dan masih banyak lagi hikmah yang bias kita ambil pada intinya melalui kisah ini mudah-mudahan kita bisa mengetahui setidaknya sedikit gambaran tentang bagaimana perjuangan beliau ketika hijrah di Madinah.

 

Saran

Nah, sahabat terampil demikian sedikit ulasan dari kami. Sebagai umat nabi Muhammad  ﷺ kita harus terus menggali ilmu yang diwariskan beliau dan jangan pernah tinggalkan sholawat kepada beliau  ﷺ. Hal ini sebagaimana sabda nabi  ﷺ:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).

Semoga dengan kisah diatas sahabat terampil bisa meneladani Nabi ﷺ para sahabatnya serta mengamalkan dan menyampaikan ilmu yang telah di wariskan beliau seluas luasnya.Sekian dari kami apabila terdapat kesalahan kami meminta maaf dan kepada Allah kami memohon ampun, serta sampai jumpa di ulasan berikut nya.

Wabillahi taufiq Walhidayah Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

 

Sayyidul Faris, Ajwar

Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS

sayyidulfaris@gmail.comajwaruwais@gmail.com

 

Referensi

Kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq  syarh & tahqiq ibnu Hisyam.

Puasa Asyura

Puasa Asyura

Pendahuluan

Puasa Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam, adalah sebuah ibadah yang memiliki makna spiritual dan sejarah yang kaya. Sebagai salah satu puasa sunnah, puasa Asyura mengingatkan umat Muslim akan peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dan umatnya, serta mengajarkan nilai-nilai kesyukuran, solidaritas, dan pengampunan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut tentang makna dan signifikansi puasa Asyura serta praktik-praktik yang terkait dengan ibadah ini.

Isi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Halo sahabat terampil bagaimana kabarnya?? semua semoga sehat selalu yaa, semoga Allah selalu melindungi kalian semua dalam keimanan. Okey kali ini saya mau membahas tentang keutamaan puasa Asyura, yuk disimak!

Tradisi Berpuasa untuk Menyucikan Diri

1.Apa yang Dimaksud dengan Puasa Asyura?

Puasa Asyura adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram, bulan pertama dalam penanggalan Hijriah. Puasa ini memiliki makna dan sejarah yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Asyura berasal dari bahasa Arab yang berarti “kesepuluh”, merujuk pada tanggal 10 Muharram.

2.Siapa yang Mempelopori Puasa Asyura?

Puasa Asyura pertama kali diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW saat beliau tiba di Madinah dan melihat orang-orang Yahudi di sana sedang berpuasa pada hari ini. Nabi Muhammad SAW bertanya kepada mereka mengenai alasan mereka berpuasa pada tanggal tersebut, dan mereka menjawab bahwa pada hari tersebut Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS beserta umatnya dari penindasan Firaun di Laut Merah.

Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda bahwa umat Muslim memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Nabi Musa AS daripada orang Yahudi, dan menginstruksikan umat Muslim untuk berpuasa pada hari Asyura. Beliau juga menambahkan bahwa jika Allah SWT memberikan kesempatan, beliau akan berpuasa pada hari kesepuluh tahun berikutnya (hingga beliau wafat sebelum kesempatan tersebut datang).

3.Mengapa Kita Harus Berpuasa Asyura?

Berpuasa Asyura memiliki beberapa alasan dan makna yang penting bagi umat Muslim. Pertama, puasa Asyura adalah sunnah Nabi Muhammad SAW yang sangat dianjurkan untuk diteladani. Dengan melaksanakan puasa ini, umat Muslim dapat mengikuti jejak dan teladan Rasulullah SAW.

Kedua, puasa Asyura dianggap sebagai cara untuk menghapuskan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan selama setahun sebelumnya. Puasa ini diharapkan dapat membersihkan jiwa dan menyucikan diri, sehingga umat Muslim dapat memulai tahun yang baru dengan hati yang bersih.

Terakhir, puasa Asyura juga memiliki makna sejarah yang mendalam. Pada tanggal 10 Muharram, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan umatnya dari penindasan yang dilakukan oleh Firaun. Puasa ini menjadi pengingat bagi umat Muslim akan keajaiban dan kebesaran Allah SWT dalam menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang saleh.

4.Kapan Puasa Asyura Dilaksanakan?

Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram dalam penanggalan Hijriah. Namun, karena penanggalan Hijriah berdasarkan kalender bulan, tanggal 10 Muharram dalam penanggalan Gregorian (kalender dunia) akan berbeda setiap tahunnya. Oleh karena itu, umat Muslim perlu merujuk pada pengumuman otoritas agama setempat atau kalender Islam yang terpercaya untuk mengetahui tanggal pasti pelaksanaan puasa Asyura.

5.Bagaimana Tata Cara Pelaksanaan Puasa Asyura?

Tata cara pelaksanaan puasa Asyura relatif sederhana. Umat Muslim yang berniat untuk berpuasa Asyura harus bangun sebelum fajar untuk makan sahur. Kemudian, mereka harus menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.

Selain puasa, disarankan untuk melakukan amal kebajikan dan perbuatan baik pada hari Asyura. Misalnya, memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, beribadah dengan khusyuk, membaca Al-Quran, dan berdoa untuk keberkahan dan ampunan.

Penting untuk diingat bahwa puasa Asyura adalah puasa sunnah, bukan puasa wajib. Meskipun sangat dianjurkan, puasa ini bersifat sukarela dan bukan kewajiban. Oleh karena itu, setiap individu bebas untuk memilih apakah ingin berpuasa pada hari Asyura atau tidak.

Dengan melaksanakan puasa Asyura, umat Muslim dapat memperoleh manfaat spiritual dan memperkuat ikatan dengan agama mereka. Puasa ini menjadi momen refleksi diri, penghapusan dosa, dan pengingat akan perjuangan para nabi. Semoga dengan melaksanakan ibadah ini, umat Muslim dapat mendapatkan keberkahan dan kebaikan dalam hidup mereka.

Dalam kesimpulannya, puasa Asyura adalah praktik yang signifikan bagi umat Islam di seluruh dunia. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama satu hari, umat Muslim merayakan peristiwa bersejarah dan menghormati keberanian Nabi Musa dan kaumnya dalam melintasi Laut Merah. Puasa Asyura juga menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan keagamaan, mengasah disiplin diri, serta meningkatkan kesadaran sosial dan empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Dengan semangat kebersamaan, umat Muslim menyambut bulan Muharram dengan hati penuh rasa syukur dan keikhlasan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Fauzan Adzima Lumban Tobing, Ajwar

Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS

Adzimaf43@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com

Nabi Musa Alaihissalam

Nabi Musa Alaihissalam

Pendahuluan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh sahabat Terampil yang berbahagia, Meneladani sifat nabi terdahulu memang sangat penting, kamu  bisa membaca perihal Kisah Nabi Musa yang penuh perjuangan untuk menyebarkan ajaran mengenai ketauhidan Allah. Di samping itu ada banyak bukti kebesaran-Nya untuk membuktikan kebesaran serta kuasa-Nya.

Menyebarkan ajaran mengenai keesaan Allah Subhanahu Wata’ala pada masa lalu tentu diiringi dengan berbagai macam ujian bahkan cacian seringkali diterima. Kisah Nabi Musa cukup menarik untuk Anda simak karena ada banyak bukti kebesaran dan kuasa-Nya. Kisah Nabi Musa Alaihissalam sebagai salah satu gambaran dari keteladanan para Nabi dan Rasul.

 

Tujuan penulisan 

Nabi Musa AS  merupakan utusan Allah, nabi yang mulia, pembawa Rahmat untuk kaumnya.  Beliau Alaihissalam adalah sosok figur yang harus diteladani layaknya pemuda yang baik akhlaknya dan juga ketauhidan nya. Yaitu salah satu nya dengan mempelajari sejarah nabi Musa Alaihissalam . Maka dari itu artikel ini dibuat dengan tujuan tersebut. Agar kita selaku umat Muslim  harus mengetahui kisah nya dan dengan ini sebagai ibrah dan pelajaran sekaligus motivasi hidup untuk meneladani sosok beliau.

 

Pembahasan

Siapakah Nabi Musa Alaihissalam

Nabi Musa Alaihissalam merupakan nabi yang diutus Allah Subhanahu Wata’ala di tengah kekejaman Raja Firaun. Musa adalah seorang Bani Israel, yakni mereka yang merupakan keturunan Ya’qub atau Yakub (juga disebut “Israel”). Kisahnya saat berperang melawan penyihir kerajaan merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Musa Alaihissalam merupakan nabi ke-14 dalam silsilah 25 nabi yang wajib kita imani. Diketahui bahwa nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun yang berasal dari kata Mu (air) dan Sa (pohon), sesuai dengan tempat ditemukannya.

 

Kelahiran Nabi Musa Alaihissalam

Kelahiran Nabi Musa, dijelaskan dalam kitab Al-Qur’an surah Al Qashash ayat 1-6:

طٰسۤمّۤ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ

Artinya: Tha Sin Mim. Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir‘aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman. Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun ) termasuk orang yang berbuat kerusakan.

Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.

Seperti penjelasan ayat di atas, Nabi Musa lahir di Mesir yang dipimpin oleh seorang raja zalim dan kejam bernama Fir’aun. Raja Fir’aun dikenal selalu bersikap sewenang-wenang. Ia bahkan mempekerjakan kaumnya secara paksa.

 

Kisah Nabi Musa kecil bersama Fir’aun 

Suatu ketika, Raja Fir’aun bermimpi melihat api yang bisa membakar wilayah Mesir. Ketika terbangun, ia mengumpulkan para tukang sihir dan ahli peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut. Para peramal itu memberitahukan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menjadi sebab musnahnya penduduk Mesir. Takwil mimpi itu membuat Fir’aun ketakutan, hingga ia memerintahkan pasukannya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil.

Musa lahir pada saat maraknya pembunuhan bayi dan kaum laki-laki oleh pasukan Raja Fir’aun. Nabi Musa lahir dari wanita bernama Yukaibid.

Yukaibid merasa sangat ketakutan apabila anaknya dibunuh oleh Raja Fir’aun. Kemudian, Allah mengilhaminya untuk meletakkan Musa ke dalam peti dan dihanyutkan ke sungai saat pasukan Fir’aun datang.

Berdasarkan Kisah Para Nabi menjelaskan, Atas izin Allah, peti Musa ditemukan oleh istri Firaun yang bernama Asiyah binti Muzahim. Setelah disetujui oleh Firaun, Asiyah memutuskan untuk mengasuh bayi Musa dan mengangkatnya jadi anak.

Firaun memang dikenal sebagai raja yang kejam. Akan tetapi ia sangat menyayangi dan mencintai istrinya sehingga selalu menuruti keinginan istrinya tersebut.

Saat mengasuh Musa, Asiyah mencari wanita yang bisa memberi Asi kepada bayi itu. Atas kehendak Allah, ibu kandung Musa terpilih untuk menyusuinya. Sebab, tidak ada satupun air susu wanita yang mau diminum oleh Musa kecuali dari ibu kandungnya sendiri. Begitulah cara Allah menyatukan Musa ke pangkuan ibunya. Kisah ini dijelaskan dalam surah Al Qashash ayat 13.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:

“Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

Setelah usai masa penyusuan, Musa kembali ke istana dan hidup sebagaimana anak raja. Musa sadar bahwa dirinya adalah anak angkat yang berasal dari Bani Israil yang tertindas. Oleh karena itu ia bertekad untuk menolong kaumnya itu. Maka ia pergi ke luar istana untuk menjalankan misinya. Di sebuah lorong, ia melihat seorang dari golongan Bani Israil bernama Samiri dan seorang kaum Fir’aun bernama Fatun, mereka sedang berkelahi. Ia berusaha menolong Samiri yang berteriak minta tolong, tubuh Samiri memang kalah jauh dibanding Fatun. Malang, pukulan Musa kepada Fatun menyebabkan orang itu mati meskipun ia tidak berniat membunuhnya. Segera, ia beristighfar, memohon ampun kepada Allah swt. Ia berusaha menyembunyikan peristiwa pembunuhan yang tidak disengaja itu. Samiri yang tidak dapat menahan mulut, akhirnya mengungkap siapa pembunuh yang dicari tentara Fir’aun selama ini. Musa pun berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan kota Mesir.

Setelah 8 hari 8 malam, Musa tiba di kota Madyan, di mana Nabi Syu’aib as hidup di sana. Ia istirahat di bawah pohon, lalu ia melihat dua gadis yang sedang menggembala kambing. Kedua gadis itu tidak bisa mengambil air di sebuah sumber karena di sana penuh sesak. Maka Musa membantu kedua gadis itu untuk mengambil air sehingga kambing-kambing mereka mendapat air minum.  Mendapat kebaikan dari Musa, ayah kedua gadis itu mengundangnya ke rumah. Ia bekerja padanya dengan mengurus pekerjaan rumah dan gembala. Setelah melihat sifat-sifat baik pada diri Musa, Syu’aib yang sudah lanjut usia menawarkan Musa untuk menjadi menantunya. Dikisahkan dalam Al-Qur’an  QS, Al-Qashash: 22 – 28. 

 

Dakwah Nabi Musa kepada Fir’aun 

Sepuluh tahun kemudian, Musa yang rindu pada tanah airnya bertolak ke Mesir bersama istrinya. Dalam perjalanan, ia menerima wahyu. Saat itu di bukit Thur. Mukjizatnya berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular, tongkat ini dulunya diberikan oleh Nabi Syu’aib. Mukjizat kedua, Allah memerintahkan Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya sehingga tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit. Kisah ini ada pada QS. Taha: 9 – 23.

Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Bukan hanya karena rindu tanah air, tetapi juga karena misi dakwah. Ia sempat ragu karena sebelumnya pernah membunuh seorang kaum Firaun. Lalu Allah menguatkannya dengan berfirman bahwa Allah akan selalu menjadi penolongnya. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Qashash 33-35 dan QS. Taha: 42-47.

Ia pun bukan orang yang pandai bicara. Oleh karena itu, ia memohon kepada Allah swt agar diberikan teman dakwah, yaitu saudaranya sendiri, Harun yang dikenal pandai berbicara.

Sesampainya di istana Fir’aun, Nabi Musa a.s yang disertai saudaranya, Harun, berdialog dengan Fir’aun. Ia menyerunya untuk menyembah Allah yang Esa dan membebaskan Bani Israil dari siksaannya. Namun, Fir’aun menolak seruan itu.

Fir’aun menantang adu kekuatan. Maka pada hari yang disepakati keduanya bertemu kembali. Fir’aun memanggil ahli sihirnya yang dapat mengubah tongkat menjadi ular ukuran normal. Nabi Musa a.s melempar tongkatnya hingga berubah menjadi ular raksasa dan melahap semua ular milik ahli sihir. Tampaklah kekuasaan Allah, maka ahli sihir itu membenarkan Musa dan beriman kepada Allah swt. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Asy-Syu’araa: 18-51.

Semakin hari, semakin berat siksaan Fir’aun atas Bani Israil. Terlebih, orang-orang kafir juga berharap dirinya dan pengikutnya pergi dari negeri mereka. Maka Bani Israil mendatangi Nabi Musa as untuk meminta membawa mereka keluar dari Mesir. Pada malam hari Nabi Musa as bersama bani Israil  pergi meninggalkan Mesir.  Fir’aun, pasukannya, dan orang-orang kafir ternyata membuntuti mereka dengan niat membunuh mereka.

Tiba di Laut Merah, seakan mereka hendak tersusul. Mereka tidak dapat berbalik ke belakang karena di sana ada Firaun dan bala tentaranya. Mereka tidak dapat melanjutkan lari ke depan karena di sana adalah lautan luas. Lalu Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut sesuai perintah Allah swt. Laut itu terbelah sehingga Bani Israil dapat melewatinya. Fir’aun yang terus mengejar akhirnya mati tenggelam karena air laut kembali seperti semula ketika Nabi Musa as memukulkan kembali tongkatnya ke laut. Kisah ini dapat dilihat pada QS. Taha: 77-79, Asy-Syu’araa: 60-68, dan Yunus : 90-92.

 

Kesimpulan

Sahabat Terampil yang berbahagia Akhirnya bisa kita simpulkan bahwa Para Nabi dan Rasul adalah sosok manusia yang Allah berikan kepercayaan dan kekuatan untuk mengemban risalah dan amanah untuk menjadi cahaya penerang di antara kaumnya yang sudah banyak melakukan ritual kesesatan bahkan sampai menganggap dirinya sebagai tuhan seperti sosok Fir’aun yang Keji, hingga saat ini Allah abadikan Jasadnya di dunia sebagai bukti sejarah dan pelajaran untuk ummat manusia secara umum.

 

Saran 

Nah, demikianlah Sahabat Terampil mengenai rincian pembahasan terkait rincian kisah Musa Alaihissalam dari kehidupan kecil beliau bersama Fir’aun hingga dewasa sehingga ditugaskan untuk berdakwah bersama Harun menghadapi segala tantangan dan ancaman yang serius sehingga Allah karuniai Mukjizat yang kuat sehingga bisa mengalahkan Fir’aun dan sihirnya serta bala pasukannya.

M. Neyzar Al Ghifari, Ajwar

Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS

neyzaralghifarie@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com

 

Daftar refrensi :

“satujam.com/11-sejarah-dakwah-dan-perjuangan-nabi-musa/”

QS. Al-Qashash 33-35

QS. Taha: 42-47

QS. Asy-Syu’araa: 18-51

QS. Taha: 9 – 23,

QS. Al Qashash ayat 1-6:

 

Kisah Nabi Musa Alaihissalam Melawan Fir’aun Beserta Bala Tentaranya

Kisah Nabi Musa Alaihissalam Melawan Fir’aun Beserta Bala Tentaranya

PENDAHULUAN
Assalamu’alaikum Sahabat Terampil Semoga Selalu Sehat Salam Sukses. Dari perjalanan Nabi Musa pada akhirnya diketahui bahwa Allah Subhanahu Wata’ala tidak menyukai perbuatan sewenang-wenang ataupun yang menganiaya orang lain. Itu sebab salah satu perintah Allah kepada Musa adalah melawan Raja yang berkuasa pada zaman itu, Firaun.

Nabi Musa Alaihissalam adalah salah satu nabi dan rasul yang dikarunia mukjizat yang luar biasa oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Musa merupakan rasul ulul azmi dan satu dari empat Nabi yang dikaruniai kitab. Musa memperoleh kitab Taurat. Nabi Musa diutus untuk menyiarkan agama Allah saat Raja Firaun memimpin Mesir. Firaun adalah raja yang kejam dan zalim.

TUJUAN PENULISAN
Hai Sahabat Terampil Dengan pembahasan Ini Berberapa Hikmah Yang Dapat Kita ambil Dari Kisah Nabi Musa Alaihissalam antara lain: Bersabar Dalam menuntun Ilmu selalu percaya pada Allah Dan Berani membela Semoga Bermanfaat Dan Menambah Wawasan. Aamiin.

PEMBAHASAN

Sebelum Terjadi Peristiwa Pengejaran Fir’aun Terhadap Nabi Musa Dan Bani Israil

Pada suatu malam, Firaun mendapat mimpi yang sangat mengerikan. Ia bahkan tak bisa tidur tenang. Ia langsung memerintahkan para pembatunya untuk mengumpulkan seluruh peramal. Firaun lalu menceritakan mimpi yang menghantuinya kepada para peramal. Dia berkata melihat api yang berkobar hebat di Mesir yang membakar dan memusnahkan seluruh rumah orang-orang Mesir rumah bani Israil. Tidak ada satupun dari mereka yang ikut terbakar.

Seperti diketahui, kaum Bani Israil adalah kaum Nabi Ibrahim Alaihissalam dan keturunannya. Mereka sudah berada di jalan Allah dan mendapatkan rahmat-Nya. Selama menetap di Mesir mereka mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari Firaun.

Salah seorang peramal lalu berkata bahwa akan ada anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil yang kelak akan menghancurkan kekuasaannya.
Firaun merasa heran. Bagaimana mungkin kaum Bani Israil bisa mengalahkannya. Sementara, di mata Firaun Bani Israil adalah kaum yang lemah tidak punya daya apapun. Lantas ia memerintahkan kepada pasukan kerajaan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil.

Nabi Musa Alaihissalam dan Para Penyihir Kerajaan

Dikisahkan Nabi Musa Alaihissalam adalah bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang selamat dari kekejaman Firaun. Musa ditemukan oleh isteri Firaun saat dihanyutkan oleh ibunya di sungai. Saat sudah menginjak dewasa, tanda-tanda mimpi buruk yang pernah dialami Raja Firaun kian nyata. Nabi Musa Alaihissalam mulai mengingatkan Raja Firaun untuk kembali ke jalan yang benar. Namun, Firaun tidak menghiraukan bahkan memeranginya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Q.S Al-Araf ayat 103,

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنۢ بَعْدِهِم مُّوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۖ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: “Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.”

Allah Subhanahu Wata’ala memberikan mukjizat kepada Nabi Musa Alaihissalam berupa tongkat. Tongkat itulah yang membantu Nabi Musa Alaihissalam dalam menyelamatkan kaum Bani Israil.

Diceritakan dalam berbagai riwayat, tongkat milik Nabi Musa Alaihissalam dapat berubah menjadi ular saat melawan penyihir kerajaan. Pukulan tongkatnya juga bisa mengeluarkan air saat nabi Musa Alaihissalam dan kaumnya hidup di gurun yang tandus. Hingga tongkat itulah yang ia gunakan untuk membelah laut merah saat dalam kejaran pasukan Firaun.

Pada suatu hari, Firaun mengundang seluruh penyihir terkuat dan terkenal di Mesir untuk melawan Nabi Musa Alaihissalam. Peperangan itu digelar di aula kerajaan dan disaksikan oleh rakyat pada waktu itu.

Kisah Nabi Musa Alaihissalam dan para penyihir kerajaan diceritakan dalam Al Quran Surat Al-A’raf.

“Dan Musa berkata: “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Q.S Al-Araf:104-105).

“Fir’aun menjawab: “Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Q.S Al-A’raf: 106).

“Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (Q.S Al-A’raf: 107-108)

“Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu.” (Fir’aun berkata): “Maka apakah yang kamu anjurkan?” Pemuka-pemuka itu menjawab: “Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir) supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai.” (Q.S Al-A’raf: 109-112).

Maka para penyihir pun datang dengan mengeluarkan semua tipu daya dan kekuatannya. Nabi Musa AS meminta mereka untuk mengeluarkan sihirnya terlebih dahulu. Kemudian atas izin Allah Subhanahu Wata’ala, Nabi Musa Alaihissalam melemparkan tongkatnya dan menelan seluruh apa yang dikeluarkan oleh penyihir.

“Ahli-ahli sihir berkata: “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?” (Q.S Al-A’raf: 115)

“Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena’jubkan).” (Q.S Al-A’raf: 116)

“Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batalah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (Q.S Al-A’raf: 117-119).

Akhirnya para ahli sihir kerajaan tunduk dan bersujud kepada Nabi Musa Alaihissalam. Saat itulah mereka langsung mengatakan keimanannya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
kapan terjadinya peristiwa pengejaran firaun terhadap nabi musa dan bani israil
Penyelamatan Musa, Bani Israil Dan pengejaran beserta Tentaranya Terjadi pada hari ‘Asyura, yaitu tanggal 19 Muharram. Maka Nabi Musa Berpuasa Di Hari Itu Sebagai Bentuk Rasa Syukur Kepada Allah, Kemudian Diikuti Oleh orang-orang Yahudi Setelah nya
Dengan demikian, tak ada seorang pun dari rombongan Fir’aun dapat menyelamatkan diri. Mereka hancur binasa ditelan lautan beserta kesombongan dan kekafiran mereka.
Allah berfirman, “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS Asy-Syu’ara: 65-67).

KESIMPULAN
Keteladanan yang dapat kita peroleh dari kegigihan Nabi Musa Alaihissalam dalam memerangi keangkuhan Raja Firaun adalah keberanian dan ketekunannya. Ia bahkan tak gentar sedikitpun saat harus melawan raja yang mengaku sebagai Tuhan tersebut.

Nabi Musa Alaihissalam juga sabar dalam menerima setiap ucapan dari kaum Raja Firaun. Bahkan ia sering dikatakan sebagai penyihir karena mukjizat yang dia miliki.

PENUTUP

Nah, demikian pembahasan mengenai Kisah Nabi Musa Dan Bani Israil Dari Kejaran Firaun Beserta Bala Tentaranya. Ana berharap artikel ini dapat dipahami pembahasan nya dan bisa menjadikan sebagai contoh tauladan. Semoga bermanfaat bagi kita semua, mohon maaf jika ada salah kata dalam penulisan.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

DAFTAR REFERENSI
“news.detik.com/berita/d-4926847/kisah-nabi-musa-membelah-laut-hingga-tenggelamnya-firaun-di-laut-merah”
“hidayatullah.com/kajian/oase-iman/2022/03/09/226195/kisah-penyelamatan-bani-israel-dan-tenggelamnya-firaun-dalam-al-quran.html”
“www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200505164629-289-500399/perjalanan-nabi-musa-dan-cerita-perlawanan-terhadap-firaun”
“cendikia.kemenag.go.id/storage/uploads/file_path/file_15-10-2020_5f884f7a19a50.pdf”

Femas Ardiansyah, Ajwar
Sekolah Tahfidz Kejuruan Irman Sofran
femas182@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com

Asma binti Abu Bakar sang penyokong Hijrah Nabi ke Madinah

Asma binti Abu Bakar sang penyokong Hijrah Nabi ke Madinah

Pendahuluan

Asma binti Abu Bakar adalah seorang sahabat wanita yang terkemuka. Beliau memeluk Islam dari sejak dini. Asma binti Abu Bakar merupakan putri dari khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq lahir pada 27 tahun sebelum hijrah.

 

Siapakah Asma binti Abu Bakar ?

Beliau adalah putri dari Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RhadhiyAllahu Anhu yang lahir pada 27 tahun sebelum hijrah Nabi ShallaAllahu Alaihi Wa Sallam yang dikala itu juga Beliau telah memeluk agama islam sejak usia dini. Asma binti Abu Bakar juga tutup usia pada tahun 73 hijriah pada usia 97 tahun. Asma’ binti Abu Bakar adalah istri dari Zubair bin Awwam yang merupakan salah satu sahabat nabi yang sudah dijamin masuk surga, juga merupakan ibu dari Abdullah bin Zubair yang dikenal sebagai salah satu dari ke empat orang-orang terkemuka dalam bidang Hadits (al Ibadalah al Arbaah). Saudari dari istri Rasulullah, Aisyah RA, ini juga salah satu dari Assabiqunal Awwalun yang terkenal karena kedermawanan dan pengorbanannya untuk membela Islam yang begitu besar.

 

Keutamaan-keutamaan yang beliau miliki

  • Kepiawaian dalam menghadapi masalah

Asma binti Abu Bakar memiliki jiwa-jiwa sosial sehingga mampu berdialog dengan Shahabat Umar seputar masalah-masalah ilmiah. Bahkan, Ibnu Abbas menyarankan untuk bertanya tentang sunnah terutama yang diperselihkan oleh sejumlah Shahabat. Bahkan ada hadits tentang beliau dalam HR. Muslim

  • Memiliki Sikap Agung

Asma binti Abu Bakar memiliki julukan yaitu perempuan yang memiliki dua ikat pinggang. Beliau juga mempunyai sifat agung dalam pencatatan sejarah islam sejak pertama datang ke dunia hingga wafat.

  • Berpikir Cerdik

Tanda kecerdikan Beliau ialah ketika pengantaran bekal untuk ayahandanya dan juga Rasulullah ketika berada di gua Hira, beliau menyobek ikat pinggang/selendang satunya untuk menutupi makanan yang Ia bawa dan satunya untuk mengikat ikat pinggangnya. Sebab itu Beliau dijuluki sebagai orang yang memiliki dua ikat pinggang/selendang

 

Kisah Asma binti Abu Bakar membantu hijrahnya Nabi

Kisah Asma dalam membantu Nabi berhijrah ialah membantu mengirimkan makanan dan minuman kepada ayahandanya dan Rasulullah di dalam gua Hira yang kala itu sedang bersembunyi dari kejaran orang-orang Quraisy yang ingin membunuh mereka karena ajaran barunya. Dan disaat itu juga hanya Asma binti Abu Bakar yang bersedia memberikan pasokan makanan dan informasi mengenai kabar orang-orang Quraisy, sampai-sampai Beliau ditampar oleh salah seorang dari kafir Quraisy karena tidak ingin memberi tahu lokasi dimana mereka bersembunyi. Dan Beliau juga yang mau mengantarkan makanan dan minuman kepada Abu Bakar ash-shiddiq dan Nabi Muhamad shallaallhu alaihi wa sallam saat masih bersembunyi di gua Hira dengan kecerdikannya yakni menggunakan salah satu selendangnya untuk menyembunyikan makanannya dan satunya lagi untuk mengikat pinggangnya. Sebab itu Beliau dijuluki dengan orang yang memiliki dua ikat pinggang/selendang.

 

Kesimpulan

Keberanian Asma binti Abu Bakar dalam menolong Rasulullah صلي الله عليه و سلم dan ayahanda nya Abu Bakar serrta memberikan mereka makanan dan informasi tentang kaum quraisy yang masih memburu mereka

 

Penutupan

Nah, demikian kisah Asma binti Abu Bakar dalam membantu Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah dengan dengan bantuan seadanya. Mungkin cukup sekian artikel yang dibuat, ana berharap bisa bermanfaat untuk sobat. Cukup sekian wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuhu

Referensi :

“salam.ui.ac.id/”

“umma.id/”

 

Muhamad Reyhan, Ajwar

Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS

reyhanmuhammad612@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com

Sejarah Hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam ke Madinah

Sejarah Hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam ke Madinah

Hijrah secara bahasa diambil dari kata (الهجر) yang artinya meninggalkan. Adapun secara istilah syariat yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad at Tamimi Rahimahullah dalam risalahnya Tsalatsatul Ushul,
وَالهِجْرَةُ: الاِنْتِقَالُ مِنْ بَلَدِ الشِّرْكِ إِلى بَلَدِ الإِسْلاَمِ
“Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik menuju negeri Islam” (Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah li Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).

Pembahasan
Hijriah dari Mekah ke Madinah di masa Nabi Muhammad ﷺ. Termasuk hijrah khusus dimana pada saat Nabi meninggalkan negeri Mekah, status Mekah dalah negeri syirik. Kemudian Nabi hijrah ke Madinah dan di negeri tersebut tersebarlah agama Islam ke setiap rumah sehingga Madinah menjadi negeri Islam. Sehingga pada saat itu, Nabi hijrah dari negeri syirik, yaitu Mekah, menuju negeri Islam, yaitu Yasrib atau Madinah. Penduduk Yasrib dikenal ramah bersahabat dan pluralis.
Ketika mereka mengetahui ada agama baru yakni Islam yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ maka banyak pula yang berubah dari keyakinan sebelumnya. Sebelum Rasulullah ﷺ hijrah ke yasrib tercatat ada 200-an orang yang sudah memeluk Islam. Atas ijin Allah melalui peristiwa Bai’at ‘Aqabah I dan II, Nabi Muhammad ﷺ bersepakat dengan 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib untuk hijrah ke kota yang kemudian disebut Madinah.
Sebagai realisasi kesepakatan Rasulullah ﷺ dengan orang-orang Yasrib maka diberangkatkan rombongan kecil yang pertama. Mereka ialah Abu Salamah bin Abu al-Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang. Barulah kemudian Rasulullah ﷺ bersama Abu Bakr menyusul ke Yasrib.
Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan hijrah ke Yasrib atau Madinah. Ketika malam senin, awal Rabi’ul Awwal 1 H atau bertepatan dengan 16 September 622 Masehi keduanya berangkat dengan perbekalan dan unta yang telah disiapkan oleh Amir bin Fuhairah, yang juga ikut dalam perjalanan hijrah ke Madinah dengan menempuh jalur pesisir pantai.
Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, pada hari Senin, 8 Rabi’ul Awwal tahun 14 dari kenabian, yaitu tahun pertama dari hijrah, bertepatan 23 September 622 Masehi. Kala itu, kaum Muslimin di Madinah mengetahui keluarnya Rasulullah ﷺ dari Mekkah. Sehingga mereka antusias menyambut kedatangan beliau dan menemui Rasulullah ﷺ di tapal perbatasan. Kaum Muslimin memekikkan takbir sebagai ungkapan kegembiraan mereka atas kedatangan Rasulullah ﷺ. Mereka menyambut Rasulullah ﷺ dengan salam kenabian, mengerumuni beliau sembari berkeliling di seputarnya sementara Rasulullah ﷺ telah merasa tenang.
Di Quba, Rasulullah ﷺ singgah di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib menyusul hijrah dari Mekkah dan berjumpa dengan Rasulullah ﷺ di Quba dan singgah juga di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Rasulullah ﷺ tinggal di Quba selama empat hari. Dan selama itu pula beliau membangun Masjid Quba dan shalat di dalamnya. Masjid Quba inilah masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah ﷺ atas dasar takwa setelah kenabian.
Rasulullah ﷺ Memasuki Kota Madinah Usai shalat Jumat, 13 Rabiul Awwal 1 H atau bertepatan 27 September 622 Masehi, Rasulullah ﷺ memasuki kota Madinah, dan sejak itu kota Yatsrib berganti nama menjadi Madinah. Hari itu merupakan hari bersejarah. Penduduk kota Madinah bergemuruh dengan pekikan tahmid (pujian) dan taqdis (penyucian) menyambut kedatangan Rasulullah ﷺ di Madinah.

Kesimpulan
Rasulullah ﷺ membentuk masyarakat orang-orang yang percaya dan membentuk aliansi politik dan sosial dengan suku-suku setempat. Salah satunya mempersatukan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Hal ini memungkinkan beliau untuk menyebarkan Islam dan membangun fondasi kuat untuk agama. Mendapat perlawanan dari orang-orang kafir Quraisy di Mekkah, menyebabkan Rasulullah ﷺ mengambil keputusan untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah), namun keputusan ini juga dilandasi dari wahyu Allah. Hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah juga menandai awal kegiatan politik dan militer Nabi ﷺ, yang akhirnya mengarah pada penaklukan Mekkah dan penyebaran Islam di seluruh Jazirah Arab. Disisi lain, atas usul Umar bin Khatab untuk mengabadikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Mekkah ke Madinah, maka tercetuslah penanggalan kalender Hijriyah sebagai penanggalan dalam Islam.

Daftar Referensi :
travelumroh.co.id/peristiwa-hijrah-nabi-muhammad-ke-madinah/
almanhaj.or.id/2563-hijrah-ke-madinah.html
www.muslim-elders.or.id/news/r/hijrah-dan-persaudaraan
muslim.or.id/69586-makna-dan-hukum-seputar-hijrah.html


David C Syaputra, Ajwar Uwais
Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS
davidcsyaputra@gmail.com

Sejarah Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sejarah Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pendahuluan

Sejarah Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, mungkin sebagian besar masyarakat pada umumnya banyak yang belum mengetahui secara menyeluruh bahkan detail tentang sejarah islam. Bertepatan dengan bulan Muharram di tahun Hijrah banyak terjadinya sejarah islam salah satunya peristiwa Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mengetahui sejarah tentang islam agar bisa menjadi manusia yang memiliki kepribadian baik sebagai seorang muslim dan agar dapat meningkatkan iman kita kepada Allah Ta’ala. Sejarah islam memiliki banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil untuk kehidupan kita sebagai manusia, terutama sebagai umat muslim, baik untuk bermuamalah sesama manusia maupun untuk meningkatkan iman seorang muslim. Sebaiknya di setiap bergantinya hari, bulan dan tahun, seorang muslim harusnya selalu ada peningkatan dalam ibadahnya.

Isi

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, hai sahabat terampil, bagaimana kabar kalian semua? Semoga allah selalu melindungi dan memberikan kesehatan kepada kita semua yaa sahabat terampil. Kali ini aku mau membahas sejarah hijrahnya salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ nih, salah satu cirinya beliau adalah sahabat yang paling pertama masuk islam, menurut kalian siapakah beliau? Yaps benar Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Yuk mari kita baca dan simak dengan seksama kisah Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

A. Siapakah Abu Bakar Ash-Shiddiq?

Abu Bakar Ash Shiddiq lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafa pada tahun 573 M dan wafat pada 23 jumadil akhir tahun 13 H setelah tahun Gajah, bertepatan pada usianya ke-63 tahun. Abu Bakar merupakan putra dari keluarga bangsawan terhormat yang ada di makkah. Sebelum masuk islam, Beliau bernama Abdul Ka’bah. Ayahnya yang bernama Utsman bin Amir masuk islam tepat pada peristiwa Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah).

Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar Ash Shiddiq sudah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari. Pada saat itu, dirinya hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur dan tidak dapat melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Berhubung Abu Bakar selalu ditunjuk sebagai imam masjid, tetapi kala itu tengah sakit, maka digantikan oleh Umar bin Khattab supaya shalat berjamaah tetap dapat berjalan.Terkait penyebab sakitnya ini, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Abu Bakar mengonsumsi makanan yang telah diracun oleh seorang yahudi. Kala itu, Abu Bakar tengah memakannya bersama al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid, yang kemudian keduanya mengalami penyakit sama dan meninggal di hari yang sama pula. Beliau dimandikan oleh istrinya yang bernama Asma’ binti Amisy, sesuai dengan wasiatnya dan dimakamkan di rumah putrinya, Aisyah, tepatnya di dekat Masjid Nabawi. Abu Bakar disebut-sebut sebagai sosok yang selalu menemani Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwassalam sejak masuk islam hingga wafat. Yap, Abu Bakar Ash Shiddiq ini adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad ﷺ. Sebelum masuk islam, namanya adalah Abdul Ka’ab yang kemudian diganti menjadi Abdullah.

Dalam hal pernikahan, Abu Bakar telah menikah dengan 2 orang istri di Makkah, yakni Qatilah binti al-’Azy dan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimar. Dari istri pertama, dirinya dianugerahi dua orang anak bernama Abdullah dan Asma. Sementara dari istri keduanya, dirinya dianugerahi dua anak pula yakni Abdurrahman dan Aisyah.

B. Keutamaan – Keutamaan yang dimiliki Oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq

  • Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad dari golongan umat beliau

Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu berkata:

كنا نخيّر بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم ، فنخيّر أبا بكر ، ثم عمر بن الخطاب ، ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم

Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi . Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu” (HR. Bukhari)

  • Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad ﷺ di gua ketika dikejar kaum Quraisy

Allah Ta’ala berfirman,

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS. At Taubah: 40)

As Suhaili berkata: “Perhatikanlah baik-baik di sini Rasulullah ﷺ berkata ‘janganlah kamu bersedih’ namun tidak berkata ‘janganlah kamu takut’ karena ketika itu rasa sedih Abu Bakar terhadap keselamatan Rasulullah  sangat mendalam sampai-sampai rasa takutnya terkalahkan”. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata kepadanya:

نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت : يا رسول الله لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت قدميه . فقال : يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما

Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah’

Ketika hendak memasuki gua pun, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada hal yang dapat membahayakan Nabi . Juga ketika dalam perjalanan hijrah, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi , terkadang di belakangnya, terkadang di kanannya, terkadang di kirinya.

  • Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama

Dan kita diperintahkan oleh Rasulullah  untuk meneladani khulafa ar rasyidin, sebagaimana sabda beliau:

عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ

Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin setelahku. Gigitlah dengan gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih dengan seluruh jalannya)

  • Abu Bakar Ash Shiddiq adalah salah seorang mufti di masa Nabi Muhammad

Oleh karena itu Nabi  menugasi beliau sebagai Amirul Hajj pada haji sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:

بعثني أبو بكر الصديق في الحجة التي أمره عليها رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل حجة الوداع في رهط يؤذنون في الناس يوم النحر : لا يحج بعد العام مشرك ، ولا يطوف بالبيت عريان

Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah haji yang terjadi sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada sekelompok orang di hari raya idul adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya orang musyrik dan tidak boleh ber-thawaf di ka’bah dengan telanjang”

Abu Bakar juga sebagai pemegang bendera Nabi  ketika perang Tabuk.

  • Abu Bakar Ash Shiddiq menginfaqkan seluruh hartanya ketika Rasulullah menganjurkan sedekah

Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا

Rasulullah ﷺ memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah ﷺ bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)

  • Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar Ash Shiddiq

Allah Ta’ala berfirman:

وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)

Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Selain itu beliau juga termasuk as sabiquunal awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)

C. Kisah Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Jasanya terhadap Dakwah Islam

Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, disebutkan bahwa beliau adalah seorang pedagang pada masa jahiliyah. Adapun sebab keislaman beliau adalah setelah bermimpi di Syam. Dalam mimpinya, beliau melihat matahari dan bulan dalam pangkuannya. Kemudian beliau mengambil keduanya dengan tangan, didekap di dadanya, dan memakaikan jubahnya kepada keduanya.

Ketika Abu Bakar terjaga, beliau pergi ke rahib Nasrani untuk menanyakan tentang mimpi itu. Beliau menceritakan mimpinya dan meminta tabir darinya. Sang rahib bertanya, “Engkau dari mana?”. Beliau Radhiyallahu Anhu menjawab: “Dari Makkah”. Dia bertanya “Dari kabilah apa?”, Beliau Radhiyallahu Anhu menjawab: “Dari Kabilah Tamim”. Sang Rahib bertanya lagi: “Apa pekerjaanmu?”, Abu Bakar menjawab: “Berdagang”. Lalu sang Rahib berkata: “Pada masamu akan keluar seorang lelaki dari Hasyimy namanya Muhammad Al-Amin , dia dari kabilah Hasyim dan dia akan menjadi Nabi akhir zaman. Kemudian dia (rahib) berkata: “Aku mendapati perangai dan sifatnya di Taurat, Injil dan Zabur, dan sesungguhnya aku telah masuk Islam baginya dan aku menyembunyikan keislamanku karena takut dari orang-orang Nasrani”.

Ketika Abu Bakar mendengar penjelasan rahib itu tentang sifat Nabi ﷺ, luluhlah hatinya dan rindu mengunjungi Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian Abu Bakar kembali ke Makkah dan mencari Nabi Muhammad ﷺ dan akhirnya bertemu Beliau.

Abu Bakar menyukai beliau ﷺ dan tidak sabar walau sesaat memandang wajah beliau ﷺ. Setelah sekian lama, suatu hari Rasulullah ﷺ berkata padanya: “Wahai Abu Bakar, setiap hari engkau datang kepadaku dan duduk bersamaku, mengapa engkau tidak masuk Islam?’’ Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menjawab, “Andai kata engkau adalah seorang Nabi, maka engkau harus memiliki mukjizat “. Nabi ﷺ bersabda: “Tidakkah cukup bagimu mukjizat yang telah engkau lihat di Syam dan telah dita’birkan oleh Rahib tersebut, dan dia telah mengabarimu tentang keislamannya”. Mendengar ucapan Rasulullah itu, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu langsung berkata: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan bahwa engkau (Muhammad) adalah utusan Allah”. Abu Bakar pun memeluk Islam dan memperbagus keislamannya.

Jasanya terhadap Dakwah Islam:

  • Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
  • Hijrahnya beliau bersama Nabi 
  • Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi 
  • Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
  • Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad
  • Musailamah Al Kadzabdibunuh di masa pemerintahan beliau
  • Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan Rasulullah . Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.
  • Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya.
  • Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:

والله لا أشيم سيفا سله الله على عدوه حتى يكون الله هو يشيمه

Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)

  • Beliau juga sangat mengetahui nasab-nasab bangsa arab

D. Sahabat – Sahabat yang Masuk Islam Melalui Perantaraan Abu Bakar Ash-Shiddiq

  1. Utsman bin Affan
  2. Sa’id bin Al-Ash
  3. Hathib
  4. Abu Hudzaifah
  5. Amir bin Fuhairah
  6. Abu Ubadah
  7. Zubair bin Awam
  8. Abdurrahman bin Auf
  9. Sa’ad bin Abi Waqash
  10. Ammar Bin Yasir

E. Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq Menemani Nabi Hijrah ke Madinah

Ibnu Hisyam dalam kitab Shirah Nabawiyahnya mencatat, Abu Bakar adalah salah seorang sahabat yang bersegera memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya untuk berhijrah. Ia meminta izin kepada Rasulullah untuk berhijrah. Namun beliau ﷺ bersabda, “Jangan terburu-buru. Semoga Allah menjadikan untukmu teman (hijrah)”. Rasulullah berharap agar Abu Bakar menjadi temannya saat berhijrah menuju Madinah.

Suatu hari Jibril memberi kabar kepada Rasulullah bahwa orang-orang Quraisy telah membulatkan tekad untuk membunuh beliau. Jibril memerintahkan agar tidak lagi menghabiskan malam di Mekkah.

Nabi pun mendatangi Abu Bakar dan mengabarkannya bahwa waktu hijrah telah tiba untuk mereka. Aisyah radhiallahu ‘anha yang saat itu berada di rumah Abu Bakar mengatakan, “Saat kami sedang berada di rumah Abu Bakar, ada seorang yang mengabarkan kepada Abu Bakar kedatangan Rasulullah dengan menggunakan cadar (penutup muka). Beliau datang pada waktu yang tidak biasa”. Kemudian beliau ﷺ meminta izin untuk masuk, dan Abu Bakar mengizinkannya. Beliau bersabda, “Perintahkan semua keluargamu untuk hijrah”. Abu Bakar menjawab, “Mereka semua adalah keluargamu wahai Rasulullah”.Rasulullah kembali mengatakan, “Sesungguhnya aku sudah diizinkan untuk hijrah”. Abu Bakar menanggapi, “Apakah aku menemanimu (dalam hijrah) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.”

Lalu Rasulullah menunggu malam datang. Pada malam hari, Nabi keluar dari rumahnya yang sudah dikepung orang-orang kafir Quraisy. Lalu Allah menjadikan mereka tidak dapat melihat Nabi ﷺ. Saat itu Rasulullah menabur debu di kepala-kepala mereka, namun mereka tidak menyadarinya. Beliau menjemput sahabat Abu Bakar yang saat itu itu sedang tertidur. Abu Bakar pun menangis bahagia, karena menemani Rasulullah berhijrah. Aisyah mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”. Perjalanan berat yang mempertaruhkan nyawa itu, Abu Bakar sambut dengan tangisan kebahagiaan.

Sembunyi di Gua Tsur

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar bersembunyi di sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Tsur atau Tsaur. Gua Tsur adalah gua berada di puncak Jabal (bukit) Tsur Kota Makkah, berjarak terletak sekitar 7 Km dari Masjidil Haram. Nabi dan Abu Bakar sembunyi di Gua Tsur untuk menghindari kejaran kafir Quraisy.

Ketika sampai di mulut gua, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, janganlah Anda masuk ke dalam gua ini sampai aku yang memasukinya terlebih dahulu. Kalau ada sesuatu (yang jelek), maka akulah yang mendapatkannya bukan Anda”. Abu Bakar masuk kemudian membersihkan gua tersebut. Setelah itu, Abu Bakar tutup lubang-lubang di gua dengan kainnya karena ia khawatir jika ada hewan yang membahayakan Rasulullah keluar dari lubang-lubang tersebut; ular, kalajengking. Hingga tersisalah dua lubang, yang nanti bisa ia tutupi dengan kedua kakinya.

Setelah itu, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah masuk ke dalam gua. Rasulullah pun masuk dan tertidur di pangkuan Abu Bakar. Ketika Rasulullah istirahat, tiba-tiba seekor hewan menggigit kaki Abu Bakar. Ia menahan dirinya untuk tidak bergerak menahan gigitan hewan itu (riwayat lain menyebut seekor ular). Abu bakar berusaha sekuat tenaga menahan sakit karena tidak ingin membangunkan Rasulullah dari istirahatnya.

Namun, Abu Bakar adalah manusia biasa. Rasa sakit akibat sengatan hewan itu membuat air matanya menetes dan terjatuh di wajah Rasulullah. Sang kekasih Allah pun terbangun, kemudian bertanya, “Apa yang menimpamu wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Aku disengat sesuatu”. Kemudian Rasulullah mengobatinya. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi mengobati Abu Bakar dengan ludah beliau.

Melindungi Nabi dari Teriknya Matahari

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Bakar menceritakan hijrahnya bersama Nabi. “Kami berjalan siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada seorang pun yang lewat. Aku melemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh. Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk istirahat sejenak di sana. Aku ratakan tanah sebagai tempat istirahat Nabi ﷺ, lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun beristirahat.

Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. Aku bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya. Setelah diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun. Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.

Mengawal Rasulullah Selama Perjalanan

Diriwayatkan al-Hakim dalam Mustadrak-nya dari Umar bin al-Khattab, ia menceritakan. Ketika Rasulullah dan Abu Bakar keluar dari gua. Abu Bakar terkadang berjalan di depan Rasulullah dan terkadang berada di belakang beliau. Rasulullah pun menanyakan perbuatan Abu Bakar itu. Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, kalau aku teringat orang-orang yang mengejar (kita), aku berjalan di belakang Anda, dan kalau teringat akan pengintai, aku berjalan di depan Anda”.

Apa yang dilakukan Abu Bakar ini menunjukkan kecintaan beliau yang begitu besar kepada Nabi ﷺ. Ia tidak ingin ada sedikit pun yang mengancam jiwa Nabi. Jika ada mara bahaya menghadang, ia tidak ridha kalau hal itu lebih dahulu menimpa Nabi. Demikianlah kisah indah Abu Bakar bersama Rasulullah. Rasulullah ingin bersama Abu Bakar ketika hijrah dan Abu Bakar pun sangat mencintai Rasulullah. Inilah kecocokan ruh sebagaimana disabdakan Nabi: “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berpisah (tidak cocok).” (HR Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan 

Sahabat nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap Nabi, perjuangan nya yang sangat luar biasa dalam menemani Nabi hijrah dan juga perjuangan yang tidak pantang menyerah dalam menyebarkan dakwah islam.

 

Saran

Nah, demikian ulasan mengenai Sejarah Hijrahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu,, bagaimana sahabat terampil setelah membaca Sejarah Hijrahnya salah satu sahabat nabi seru bukan? Kita sebagai seorang muslim seharusnya bisa mencontoh sahabat nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap Nabi, perjuangan nya yang sangat luar biasa dalam menemani Nabi hijrah dan juga perjuangan yang tidak pantang menyerah dalam menyebarkan dakwah islam. Mungkin di zaman sekarang tidak terlalu sulit untuk menyebarkan dakwah islam ke penjuru dunia, dengan adanya media sosial dan internet kita harusnya memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Semoga Allah berikan kemudahan kepada kita dalam mempelajari agama islam dan semoga selalu Allah berikan kesehatan kepada kita semua. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Muhammad Yunus, Ajwar
Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS
muhyunus220303@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com

Daftar Referensi

www.gramedia.com/literasi/kisah-abu-bakar-ash-shiddiq/

muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html

umma.id/post/kisah-menakjubkan-ketika-abu-bakar-memeluk-islam-547049?lang=id

pipin217.wordpress.com/2010/07/16/sahabat-sahabat-rosulullah-yang-masuk-islam-karena-dakwah-abu-bakr/

umma.id/article/share/id/1002/362121

Fiqih Qurban

Fiqih Qurban

Berqurban adalah bentuk peribadahan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan pendekatan diri kepada-Nya, juga dalam rangka mengikuti ajaran Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعلَمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Robb semesta alam.” (QS. Al-An’aam: 162)

Dan dalam firmanNya yang lain,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka sholatlah untuk Robbmu dan sembelihlah hewan.” (QS. Al Kautsar: 2).

Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu meriwayatkan,

ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا قَالَ وَسَمَّى وَكَبَّرَ

“Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhori dan Muslim).

Pengertian Qurban/Udhiyyah (أُضْحِيَّة)

Udhiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari ‘Idul Adha dan hari-hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh karena datangnya hari raya tersebut.

Keutamaan Qurban

Menyembelih qurban termasuk amal salih yang paling utama. Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ’anha menceritakan bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ

“Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (‘Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Alloh melebihi mengalirkan darah (qurban).” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad sahih)

Hukum Qurban

Menyembelih binatang kurban (udhiyyah) hukumnya adalah sunnah muakkadah menurut pendapat mayoritas ulama.

Namun bagi siapa saja yang memiliki kesanggupan, sangat tidak disenangi jika mereka tidak melaksanakannya.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah dan Al Hakim)

Hewan Yang Boleh Dijadikan Qurban

Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul An’aam (hewan ternak tertentu) yaitu unta, sapi atau kambing dan tidak boleh selain itu. Bahkan sekelompok ulama menukilkan adanya ijma’ (kesepakatan) bahwasanya qurban tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut.

Ketentuan Yang Terkait Usia Hewan Qurban Dan Biaya Pengadaannya

Hewan ternak yang diperbolehkan menjadi hewan qurban memiliki ketentuan usia yang telah ditetapkan oleh agama; Berikut rinciannya:

  1. Domba yang berumur setahun dan memasuki tahun kedua.
  2. Kambing yang berumur 2 tahun dan memasuki tahun ketiga
  3. Unta yang berumur 5 tahun dan memasuki tahun keenam
  4. Sapi yang berumur 2 tahun dan memasuki tahun ketiga.

 

Adapun untuk biaya pengadaannya, 1 ekor unta dapat dibeli/diadakan secara kolektif oleh 10 orang. Dan untuk satu ekor sapi dapat dibeli oleh 7 orang. Sedangkan untuk 1 ekor domba hanya boleh untuk 1 orang.

Ibnu Abbas rodhiyallohu’anhuma meriwayatkan,

“Dahulu kami penah bersafar bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Iedul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor onta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang.” (Shahih Sunan Ibnu Majah)

Seekor Kambing Untuk Satu Keluarga

Seekor kambing hanya untuk qurban satu orang dan boleh pahalanya diniatkan untuk seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak atau bahkan yang sudah meninggal dunia.

Abu Ayyub rodhiyallohu’anhu meriwayatkan bahwasannya pada masa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya. (HR. Tirmidzi).

Bahkan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berqurban untuk dirinya dan seluruh umatnya.

Suatu ketika beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam hendak menyembelih kambing qurban. Sebelum menyembelih beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

اللَّهُمَّ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

”Yaa Alloh ini – qurban – dariku dan dari umatku yang tidak berqurban.” (HR. Abu Daud & Al Hakim). Berdasarkan hadis ini, “Kaum muslimin yang tidak mampu berqurban, mendapatkan pahala sebagaimana orang berqurban dari umat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.”

Cacat Pada Hewan Qurban

Cacat pada hewan qurban memiliki beberapa kriteria, yaitu:

  1. Cacat yang menyebabkan tidak sah untuk berqurban, yaitu:
    1. Buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya
    2. Sakit dan tampak jelas sakitnya
    3. Pincang dan tampak jelas pincangnya
    4. Sangat tua sampai-sampai tidak memiliki sumsum tulang
  2. Cacat yang menyebabkan makruh untuk berqurban, yaitu:
    1. Sebagian atau keseluruhan telinganya terpotong
    2. Tanduknya pecah atau patah
  3. Cacat yang tidak berpengaruh pada hewan qurban (boleh dijadikan untuk qurban) namun kurang sempurna.

Selain 6 jenis cacat di atas atau cacat yang tidak lebih parah dari itu maka tidak berpengaruh pada status hewan qurban. Misalnya tidak bergigi (ompong), tidak berekor, bunting, atau tidak berhidung

Waktu Penyembelihan

Waktu penyembelihan qurban adalah pada hari ‘Idul Adha (sesudah sholat ‘Id) dan 3 hari sesudahnya (hari tasyriq).

Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu meriwayatkan bahwasannya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyembelih qurban sebelum sholat (‘Idul Adha), maka ia berarti menyembelih untuk dirinya sendiri. Barangsiapa yang menyembelih setelah sholat (‘Idul Adha), maka ia telah menyempurnakan manasiknya dan ia telah melakukan sunnah kaum muslimin.” (HR. Bukhori)

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari taysriq adalah (hari) untuk menyembelih (qurban).” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Penyembelih Qurban

Disunnahkan bagi shohibul qurban untuk menyembelih hewan qurbannya sendiri.

Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu meriwayatkan,

ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا قَالَ وَسَمَّى وَكَبَّرَ

“Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhori dan Muslim).

Namun, jika shohibul qurban berhalangan atau tidak mampu menyembelih hewan qurbannya sendiri maka ia dapat mewakilkannya kepada orang lain. Hal ini sebagaimana dituntunkan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Dalam sebuah hadits yang panjang tatkala Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam menggiring unta-untanya menuju Makkah untuk disembelih. Jabir bin Abdullah rodhiyallohu anhuma mengatakan :

فَنَحَرَ ثَلاَثًا وَسَتَّيْنَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَعْطَى عَلِيَّا فَنَحَرَمَا غَبَرَ

“Maka Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menyembelih dengan tangannya sendiri 63 ekor (dari 100 ekor untanya), kemudian menyerahkan sisanya kepada Ali rodhiyallohu anhu untuk disembelih.” (HR Muslim)

Larangan Bagi yang Hendak Berqurban

Orang yang hendak berqurban dilarang memotong kuku dan memotong rambutnya (baik rambut itu tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan maupun di ketiak). Ummu Salamah rodhiyallohu ‘anha meriwayatkan,

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّي فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ

“Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain dipertegas,

فَلَا يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ حَتَّى يُضَحِّيَ

“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban.”

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.

Alloh Ta’ala berfirman,

وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [QS. al-Baqarah: 196]

Larangan tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk bagian manapun, mencakup larangan mencukur gundul atau sebagian saja, atau sekedar mencabutinya.

Tata Cara Penyembelihan

  1. Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan qurbannya sendiri.
  2. Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri maka sebaiknya dia ikut datang menyaksikan penyembelihannya.
  3. Hendaknya memakai alat yang tajam untuk menyembelih.
  4. Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung kirinya dan dihadapkan ke kiblat. Kemudian pisau ditekan kuat-kuat supaya cepat putus.

Ketika akan menyembelih disyari’atkan untuk membaca “Bismillahi wallohu akbar” ketika menyembelih. Kemudian diikuti bacaan:

“Hadza minka wa laka.” (HR. Abu Dawud), atauhadza minka wa laka ‘anni atau ‘an fulan” (disebutkan nama shohibul qurban).” Atau berdoa agar Alloh menerima qurbannya dengan doa, “Allohumma taqobbal minni atau min fulan (disebutkan nama shahibul qurban)”.

Pemanfaatan Daging Hasil Sembelihan Qurban

  1. Dimakan oleh shohibul qurban dan keluarganya.
  2. Disedekahkan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka.
  3. Dihadiahkan kepada kerabat untuk menguatkan tali silaturahmi, kemudian kepada tetangga dalam rangka berbuat baik dan pada saudara muslim lainnya agar memperkuat ukhuwah.

Wallohu A’lam

Agungnya Bulan Dzulhijjah Dan Kiat Meraih Keagungannya

Agungnya Bulan Dzulhijjah Dan Kiat Meraih Keagungannya

Bulan Dzulhijjah termasuk diantara salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala selain Rojab, Dzulqo’dah dan Muharrom. Alloh Ta’ala melalui lisan mulia Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kemuliaan bulan Dzulhijjah;

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامُ الْعُشْرِ – قَالُوا : يَا رَسُوْلَ الله وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Alloh daripada hari-hari ini, yaitu: Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya: Ya Rosululloh, tidak juga jihad fi sabilillah?. Beliau menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhori)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ وَلَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ اَلْعَمَلُ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعُشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ

“Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Alloh untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu mengucapkan tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad)

AMALAN YANG DIANJURKAN DI BULAN DZULHIJJAH

Lantas apakah ada disana amalan-amalan khusus yang bisa kita laksanakan di bulan tersebut yang menjadikan kita dilipatgandakan ketika melaksanakannya? Ya, Ada beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan di sepuluh hari di bulan dzulhijjah, diantaranya,

  1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umroh

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain:

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.

“Dari umroh ke umroh adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga.” [HR. Bukhori Muslim]

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan yang paling utama maka beliau bersabda:

إِيْمانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ، قِيْلَ: ثُمَّ ماذا؟ قالَ: جِهادٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ، قِيْلَ: ثُمَّ ماذا؟ قالَ: حَجٌّ مَبْرُوْرٌ

“Iman kepada Alloh dan Rasul-Nya.” Ditanyakan kepada beliau, “Kemudian amalan apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Alloh.” Kemudian beliau ditanya lagi, Beliau menjawab, “Haji yang mabrur.” (HR. Bukhori)

Dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.

“Iringilah antara ibadah haji dan umroh karena keduanya menghilangkan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran (karat) besi, emas dan perak, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur melainkan Surga.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai).

  1. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Alloh Ta’ala untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi:

الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.” [HR. Bukhori Muslim]

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْماً فِي سَبِيْلِ اللهِ ، إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفَ

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Alloh melainkan Alloh pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun.” [HR. Bukhori Muslim]

Mengenai puasa hari arafah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالَّتِي بَعْدَهُ

“Berpuasa pada hari Arofah aku berharap kepada Alloh dapat menghapuskan (dosa) tahun sebelum dan tahun sesudahnya.” (HR. Muslim)

  1. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut

Hal ini sebagaimana firman Alloh Ta’ala,

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“…. dan supaya mereka menyebut nama Alloh pada hari-hari yang telah ditentukan ….” [QS. Al-Hajj: 28]

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma,

فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ

“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid.” [HR. Ahmad]

Imam Bukhori rohimahulloh menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq   meriwayatkan dari fuqaha’ tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan:

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Laa Ilaha Ilalloh, wallohu Akbar, Allohu Akbar wa Lillahil Hamdu

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala,

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS. Al-Baqoroh: 185]

  1. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Karena maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Alloh, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Alloh kepadanya.

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ يُغَارُ وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمَرْءُ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya Alloh itu cemburu, dan kecemburuan Alloh itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Alloh terhadapnya.” [HR. Bukhori Muslim]

  1. Banyak Beramal Sholih

Berupa ibadah sunat seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Alloh daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

  1. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat ‘Id. Dan disyariatkan pula takbir muqoyyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arofah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

  1. Melaksanakan Sholat ‘Idul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

  1. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrohim ‘alaihissalam, yakni ketika Alloh Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung.

وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Diriwayatkan bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Alloh dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [HR. Bukhori dan Muslim]

Menangislah dan Berdoalah untuk Anak-Anakmu

Menangislah dan Berdoalah untuk Anak-Anakmu

Banyaklah menangis dan berdoa untuk anak-anak, terutama pada waktu shalat malam yaitu pada waktu-waktu terkabulnya doa, seperti sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah, agar anak-anaknya dijadikan orang-orang yang shalih shalihah.

Hendaklah orang tua memanfaatkan perannya sebagai orang tua, yang mana Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam katakan bahwa mereka memiliki peluang yang besar untuk dikabulkan doanya kepada anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah)

Seperti contoh doa Nabi Sulaiman ’alaihissalam yang Allah ta’ala firmankan dalam Al Quran “… dan berikanlah keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan) kepada anak cucuku…” (Qs. Al Ahqaf: 15)

Atau doanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, “Wahai Tuhanku jadikanlah diriku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap melaksanakan shalat, wahai Rabb kami perkenankanlah doaku.” (Qs. Ibrahim: 40)

Hendaklah orang tua selalu berdoa kepada Allah agar mereka dan anak-anaknya dikumpulkan secara bersama-sama di surga kelak. Betapa bahagia dan senangnya orang tua yang bisa berkumpul bersama dengan anak-anaknya di dunia, apalagi jika mereka dapat berkumpul dengan anak-anaknya di surga. Yang kurang amalnya diantara mereka akan ditutupi dan disempurnakan Allah dengan yang sempurna amalnya.

Allah ta’ala berfirman, ”Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dengan keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal (kebajikan) mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Qs. Ath Thuur: 21)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu berkata, ”Sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat (derajat) anak cucu orang yang beriman menjadi sederajat dengannya, meskipun amal anak cucu itu lebih rendah di bawahnya. Hal ini bertujuan agar keberadaan anak cucu mereka yang bersamanya akan membuat hatinya senang.” Lalu ia membaca ayat diatas Qs. Ath Thuur: 21)

Inilah karunia yang Allah ta’ala berikan kepada para anak disebabkan oleh keberkahan amal orang tua mereka. Adapun keutamaan yang diberikan kepada para ayah, hal itu disebabkan oleh keberkahan doa anak-anak mereka. (Al Misbahul Munir fi Tahdzibi Tafsiri Ibni Katsir hal 1153)

”(yaitu) Surga surga Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang shalih dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (Qs. Ar Ra’d: 23)

Mendoakan anak-anak dapat memperbaiki keadaan mereka, menutupi kekurangan mereka, membenahi kesalahan mereka, dan melindungi mereka dari keburukan dunia dan akhirat. Al Fudhail bin Iyadh menginginkan anaknya menjadi anak yang shalih, wara’ dan bertaqwa, maka ia pun berdoa kepada Allah ta’ala: ”Ya Allah, aku sudah berusaha keras untuk mendidik Ali, tetapi aku tidak mampu mendidiknya, maka didiklah dia untukku.”

Ia telah berupaya keras untuk mendidik anaknya dan memohon kepada Allah agar mendidiknya sebagai anak yang shalih. Kemudian Allah mengabulkan permohonannya dan sang anak pun menjelma menadi pemuda yang dapat membantu ayahnya untuk menjalankan takwa, zuhud dan wara’. Keduanya pergi bersama untuk melaksanakan shalat, menunaikan ibadah haji dan melakukan berbagai macam kebajikan. Keduanya melaksanakan shalat malam dan puasa bersama, tanpa melupakan anggota keluarga lainnya. Sehingga rumah itu benar-benar menjadi rumah yang penuh kebajikan.

Kemudian Ali bin al Fudhail bin Iyadh menjelma menjadi seorang ulama besar, seperti ayahnya yang dikenal dengan ilmu dan kezuhudannya. Menurut Imam an Nasa’i, Ali bin al Fudhail bin Iyadh adalah perawi yang terpercaya. Sementara al Hafidz Abu Bakar al Khathib berkata: ”Dia adalah orang yang sangat hati-hati dalam urusan halal haram.” Abdullah bin ubarak berkata: ”Orang yang paling baik adalah al Fudhail bin Iyadh. Tetapi putranya Ali lebih baik darinya.” Sedangkan Sufyan bin Uyainah berkata: ”Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang rasa takutnya kepada Allah lebih besar dari al Fudhail dan putranya.”

Ali bin Al Fudhail pernah berada di dekat Sufyan bin Uyainah yang ketika itu dia sedang menyebutkan hadits tentang neraka, sementara di tangan Ali ada sebuah kertas yang terikat. Lalu Ali menarik nafas panjang dan kertas yang dipegangnya pun terjatuh. Sufyan menoleh ke arahnya lalu berkata, ”Sekiranya aku tahu engkau ada di sini tentu aku tidak akan menyebutkan hadits tentang neraka. Lalu Ali tidak sadar (pingsan) selama waktu yang Allah kehendaki. (Az Zuhud no. 965 oleh Imam Ahmad)
(100 Kiat Bagi Orang Tua Agar Anak –insyaallah- Jadi Shalih Shalihah, Penulis Najmi bin Umar Bakkar Penerbit Perisai Quran)

Ditulis oleh Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

logo-removebg-preview

Sekolah Tahfidz Kejuruan

www.TahfidzKejuruan.org

0818-940-627

admin@tahfidzkejuruan.org

0818-940-627

Copyright © 2021 Tahfidz Kejuruan. All Rights Reserved