Anak bagi kedua orang tuanya adalah seperti perhiasan yang menghiasi kehidupan keduanya di dunia ini. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Al-Kahf: 46). Bagi insan yang sadar dan bijak, dan meresapi salah satu firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi:يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6). Maka ia akan senantiasa menjaga salah satu perhiasan yang ia miliki, yaitu anak. Penjagaan yang akan ia lakukan dan usahakan adalah dengan mencari dan mempelajari metode terbaik, yang dapat ia aplikasikan dalam mendidik dan membina mereka agar menjadi anak yang baik. Di dalam Al-Qur’an telah tersuratkan sebuah kisah dari salah seorang figur orang tua terbaik dalam mendidik dan membina anaknya. Ia adalah Luqman, seorang yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepadanya al-hikmah ,yaitu ilmu dan pemahaman mendalam terhadap agama serta bijak dalam mendakwahkan pemahaman agamanya tersebut kepada orang lain. Ia telah memberikan metode-metode utama dalam mendidik anak; Sehingga kita pun dapat mengikuti metode-metode tersebut agar dapat diaplikasikan dalam mendidik dan membina anak. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan al-hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Alloh. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Alloh), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(QS. Luqman: 12).
Metode pertama dan paling utama adalah mengenalkan dan menanamkan pemahaman kepada sang buah hati bahwasannya peribadahan hanya ditujukan hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata dan melarang mereka dari menyekutukanNya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, Sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).
Metode ini sejalan dengan langkah awal dan langkah paling utama dakwah para Nabi dan Rosul kepada umatnya. Bahkan muatan dakwah dan pembinaan yang dilakukan para Nabi dan Rosul kepada umatnya berintikan kepada pen-tauhidan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla . Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang Rosul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku”. (QS. Al-Anbiya: 25).
Metode kedua adalah menanamkan dan mengajarkan kepada mereka sikap merasa diawasi oleh Alloh Ta’ala (muroqobatulloh). Alloh Ta’ala berfirman:
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.”(QS. Luqman: 16).
Metode ketiga adalah mengenalkan dan mengajarkan kepada mereka dengan beragam ibadah yang disyariatkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Nabi-Nya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Wahai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Alloh).” (QS. Luqman: 17).
Di ayat ini, Luqman mengajarkan dan mendidik anaknya tiga ibadah utama dari beragam ibadah di dalam agamanya, yaitu sholat, menyeru manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari mengerjakan keburukan (dakwah), serta bersabar atas’ seruan dakwah yang ia lakukan kepada manusia.
Metode keempat, adalah membina mereka dengan adab-adab dan akhlak mulia; Dimana dengan keduanya akan berguna dalam hidup bersosial. Adab-adab dan akhlak mulia itu adalah:
Pertama, berbakti kepada kedua orang tua. Alloh Ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya” (QS. Luqman: 14).
Kedua, rendah hati dan menjauhkan diri dari sikap sombong. Alloh Ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18).
Ketiga, rendah hati dan tidak tergesa-gesa serta tidak terlalu lambat ketika berjalan di hadapan umum. Alloh Ta’ala berfirman:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan…”(QS. Luqman: 18-19).
Keempat, merendahkan suara ketika berbicara dihadapan orang lain. Alloh Ta’ala berfirman:
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”Dengan membina dan mendidik anak-anak dengan pengenalan dan pengamalan akan ketauhidan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam semua sisi peribadahan, dan senantiasa menjaga mereka untuk tetap berada dalam atmosfer peribadahan serta menjauhkan mereka dari kesyirikan, maka mereka akan terhindar dari semua bentuk guncangan kejiwaan akibat ujian-ujian dan cobaan-cobaan kehidupan dunia. Sehingga mereka akan siap untuk hidup bermasyarakat, dengan pribadi yang terhiasi dengan adab-adab dan akhlak mulia dan siap menjaga masyarakat untuk tetap selaras dengan aturan-aturan agama.
Wallohu a’lam.