Pendahuluan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh sahabat Terampil yang berbahagia, Meneladani sifat nabi terdahulu memang sangat penting, kamu bisa membaca perihal Kisah Nabi Musa yang penuh perjuangan untuk menyebarkan ajaran mengenai ketauhidan Allah. Di samping itu ada banyak bukti kebesaran-Nya untuk membuktikan kebesaran serta kuasa-Nya.
Menyebarkan ajaran mengenai keesaan Allah Subhanahu Wata’ala pada masa lalu tentu diiringi dengan berbagai macam ujian bahkan cacian seringkali diterima. Kisah Nabi Musa cukup menarik untuk Anda simak karena ada banyak bukti kebesaran dan kuasa-Nya. Kisah Nabi Musa Alaihissalam sebagai salah satu gambaran dari keteladanan para Nabi dan Rasul.
Tujuan penulisan
Nabi Musa AS merupakan utusan Allah, nabi yang mulia, pembawa Rahmat untuk kaumnya. Beliau Alaihissalam adalah sosok figur yang harus diteladani layaknya pemuda yang baik akhlaknya dan juga ketauhidan nya. Yaitu salah satu nya dengan mempelajari sejarah nabi Musa Alaihissalam . Maka dari itu artikel ini dibuat dengan tujuan tersebut. Agar kita selaku umat Muslim harus mengetahui kisah nya dan dengan ini sebagai ibrah dan pelajaran sekaligus motivasi hidup untuk meneladani sosok beliau.
Pembahasan
Siapakah Nabi Musa Alaihissalam
Nabi Musa Alaihissalam merupakan nabi yang diutus Allah Subhanahu Wata’ala di tengah kekejaman Raja Firaun. Musa adalah seorang Bani Israel, yakni mereka yang merupakan keturunan Ya’qub atau Yakub (juga disebut “Israel”). Kisahnya saat berperang melawan penyihir kerajaan merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Musa Alaihissalam merupakan nabi ke-14 dalam silsilah 25 nabi yang wajib kita imani. Diketahui bahwa nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun yang berasal dari kata Mu (air) dan Sa (pohon), sesuai dengan tempat ditemukannya.
Kelahiran Nabi Musa Alaihissalam
Kelahiran Nabi Musa, dijelaskan dalam kitab Al-Qur’an surah Al Qashash ayat 1-6:
طٰسۤمّۤ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ
Artinya: Tha Sin Mim. Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir‘aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman. Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun ) termasuk orang yang berbuat kerusakan.
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.
Seperti penjelasan ayat di atas, Nabi Musa lahir di Mesir yang dipimpin oleh seorang raja zalim dan kejam bernama Fir’aun. Raja Fir’aun dikenal selalu bersikap sewenang-wenang. Ia bahkan mempekerjakan kaumnya secara paksa.
Kisah Nabi Musa kecil bersama Fir’aun
Suatu ketika, Raja Fir’aun bermimpi melihat api yang bisa membakar wilayah Mesir. Ketika terbangun, ia mengumpulkan para tukang sihir dan ahli peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut. Para peramal itu memberitahukan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menjadi sebab musnahnya penduduk Mesir. Takwil mimpi itu membuat Fir’aun ketakutan, hingga ia memerintahkan pasukannya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil.
Musa lahir pada saat maraknya pembunuhan bayi dan kaum laki-laki oleh pasukan Raja Fir’aun. Nabi Musa lahir dari wanita bernama Yukaibid.
Yukaibid merasa sangat ketakutan apabila anaknya dibunuh oleh Raja Fir’aun. Kemudian, Allah mengilhaminya untuk meletakkan Musa ke dalam peti dan dihanyutkan ke sungai saat pasukan Fir’aun datang.
Berdasarkan Kisah Para Nabi menjelaskan, Atas izin Allah, peti Musa ditemukan oleh istri Firaun yang bernama Asiyah binti Muzahim. Setelah disetujui oleh Firaun, Asiyah memutuskan untuk mengasuh bayi Musa dan mengangkatnya jadi anak.
Firaun memang dikenal sebagai raja yang kejam. Akan tetapi ia sangat menyayangi dan mencintai istrinya sehingga selalu menuruti keinginan istrinya tersebut.
Saat mengasuh Musa, Asiyah mencari wanita yang bisa memberi Asi kepada bayi itu. Atas kehendak Allah, ibu kandung Musa terpilih untuk menyusuinya. Sebab, tidak ada satupun air susu wanita yang mau diminum oleh Musa kecuali dari ibu kandungnya sendiri. Begitulah cara Allah menyatukan Musa ke pangkuan ibunya. Kisah ini dijelaskan dalam surah Al Qashash ayat 13.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:
“Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.
Setelah usai masa penyusuan, Musa kembali ke istana dan hidup sebagaimana anak raja. Musa sadar bahwa dirinya adalah anak angkat yang berasal dari Bani Israil yang tertindas. Oleh karena itu ia bertekad untuk menolong kaumnya itu. Maka ia pergi ke luar istana untuk menjalankan misinya. Di sebuah lorong, ia melihat seorang dari golongan Bani Israil bernama Samiri dan seorang kaum Fir’aun bernama Fatun, mereka sedang berkelahi. Ia berusaha menolong Samiri yang berteriak minta tolong, tubuh Samiri memang kalah jauh dibanding Fatun. Malang, pukulan Musa kepada Fatun menyebabkan orang itu mati meskipun ia tidak berniat membunuhnya. Segera, ia beristighfar, memohon ampun kepada Allah swt. Ia berusaha menyembunyikan peristiwa pembunuhan yang tidak disengaja itu. Samiri yang tidak dapat menahan mulut, akhirnya mengungkap siapa pembunuh yang dicari tentara Fir’aun selama ini. Musa pun berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan kota Mesir.
Setelah 8 hari 8 malam, Musa tiba di kota Madyan, di mana Nabi Syu’aib as hidup di sana. Ia istirahat di bawah pohon, lalu ia melihat dua gadis yang sedang menggembala kambing. Kedua gadis itu tidak bisa mengambil air di sebuah sumber karena di sana penuh sesak. Maka Musa membantu kedua gadis itu untuk mengambil air sehingga kambing-kambing mereka mendapat air minum. Mendapat kebaikan dari Musa, ayah kedua gadis itu mengundangnya ke rumah. Ia bekerja padanya dengan mengurus pekerjaan rumah dan gembala. Setelah melihat sifat-sifat baik pada diri Musa, Syu’aib yang sudah lanjut usia menawarkan Musa untuk menjadi menantunya. Dikisahkan dalam Al-Qur’an QS, Al-Qashash: 22 – 28.
Dakwah Nabi Musa kepada Fir’aun
Sepuluh tahun kemudian, Musa yang rindu pada tanah airnya bertolak ke Mesir bersama istrinya. Dalam perjalanan, ia menerima wahyu. Saat itu di bukit Thur. Mukjizatnya berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular, tongkat ini dulunya diberikan oleh Nabi Syu’aib. Mukjizat kedua, Allah memerintahkan Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya sehingga tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit. Kisah ini ada pada QS. Taha: 9 – 23.
Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Bukan hanya karena rindu tanah air, tetapi juga karena misi dakwah. Ia sempat ragu karena sebelumnya pernah membunuh seorang kaum Firaun. Lalu Allah menguatkannya dengan berfirman bahwa Allah akan selalu menjadi penolongnya. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Qashash 33-35 dan QS. Taha: 42-47.
Ia pun bukan orang yang pandai bicara. Oleh karena itu, ia memohon kepada Allah swt agar diberikan teman dakwah, yaitu saudaranya sendiri, Harun yang dikenal pandai berbicara.
Sesampainya di istana Fir’aun, Nabi Musa a.s yang disertai saudaranya, Harun, berdialog dengan Fir’aun. Ia menyerunya untuk menyembah Allah yang Esa dan membebaskan Bani Israil dari siksaannya. Namun, Fir’aun menolak seruan itu.
Fir’aun menantang adu kekuatan. Maka pada hari yang disepakati keduanya bertemu kembali. Fir’aun memanggil ahli sihirnya yang dapat mengubah tongkat menjadi ular ukuran normal. Nabi Musa a.s melempar tongkatnya hingga berubah menjadi ular raksasa dan melahap semua ular milik ahli sihir. Tampaklah kekuasaan Allah, maka ahli sihir itu membenarkan Musa dan beriman kepada Allah swt. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Asy-Syu’araa: 18-51.
Semakin hari, semakin berat siksaan Fir’aun atas Bani Israil. Terlebih, orang-orang kafir juga berharap dirinya dan pengikutnya pergi dari negeri mereka. Maka Bani Israil mendatangi Nabi Musa as untuk meminta membawa mereka keluar dari Mesir. Pada malam hari Nabi Musa as bersama bani Israil pergi meninggalkan Mesir. Fir’aun, pasukannya, dan orang-orang kafir ternyata membuntuti mereka dengan niat membunuh mereka.
Tiba di Laut Merah, seakan mereka hendak tersusul. Mereka tidak dapat berbalik ke belakang karena di sana ada Firaun dan bala tentaranya. Mereka tidak dapat melanjutkan lari ke depan karena di sana adalah lautan luas. Lalu Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut sesuai perintah Allah swt. Laut itu terbelah sehingga Bani Israil dapat melewatinya. Fir’aun yang terus mengejar akhirnya mati tenggelam karena air laut kembali seperti semula ketika Nabi Musa as memukulkan kembali tongkatnya ke laut. Kisah ini dapat dilihat pada QS. Taha: 77-79, Asy-Syu’araa: 60-68, dan Yunus : 90-92.
Kesimpulan
Sahabat Terampil yang berbahagia Akhirnya bisa kita simpulkan bahwa Para Nabi dan Rasul adalah sosok manusia yang Allah berikan kepercayaan dan kekuatan untuk mengemban risalah dan amanah untuk menjadi cahaya penerang di antara kaumnya yang sudah banyak melakukan ritual kesesatan bahkan sampai menganggap dirinya sebagai tuhan seperti sosok Fir’aun yang Keji, hingga saat ini Allah abadikan Jasadnya di dunia sebagai bukti sejarah dan pelajaran untuk ummat manusia secara umum.
Saran
Nah, demikianlah Sahabat Terampil mengenai rincian pembahasan terkait rincian kisah Musa Alaihissalam dari kehidupan kecil beliau bersama Fir’aun hingga dewasa sehingga ditugaskan untuk berdakwah bersama Harun menghadapi segala tantangan dan ancaman yang serius sehingga Allah karuniai Mukjizat yang kuat sehingga bisa mengalahkan Fir’aun dan sihirnya serta bala pasukannya.
M. Neyzar Al Ghifari, Ajwar
Mahasantri STKIS, Musyrif STKIS
neyzaralghifarie@gmail.com, ajwaruwais@gmail.com
Daftar refrensi :
“satujam.com/11-sejarah-dakwah-dan-perjuangan-nabi-musa/”
QS. Al-Qashash 33-35
QS. Taha: 42-47
QS. Asy-Syu’araa: 18-51
QS. Taha: 9 – 23,
QS. Al Qashash ayat 1-6: